Ziarah di Madinah, Dari Jabal Uhud Hingga Makam Rasulullah Muhammad SAW

Untuk ke Masjid Nabawi, jamaah bisa berjalan kaki melintasi deretan hotel, pasar, dan pusat perbelanjaan modern.

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ HASYIM ASHARI
MASJID NABAWI - Payung raksasa menghiasi Halaman Masjid Nabawi di Madinah. Payung ini mekar pukul 5 Subuh 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak.co.id, Hasyim Ashari

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MADINAH - Setelah sebelas hari di Mekkah untuk i'tikaf akhir Ramadan dan merayakan Idul Fitri, rombongan Umrah Mandiri Pontianak, bertolak ke Madinah Al Munawaroh.

Dari Hotel Manajil Huur di Aziziah, Mekkah, perjalanan ditempuh selama 6 jam melalui jalur darat menggunakan bus.

Bus milik Shaa'ier Tour Development Inc yang mengangkilit ombongan tiba di Madinah malam hari.

Rombongan UMH Pontianak yang berjumlah 37 orang, menginap di Hotel Madinah Concord.

Baca: Memburu Lailatul Qadar di Mekkah, Air Mata Tumpah di Depan Kabah

Baca: Idul Fitri Akbar di Masjidil Haram dan Rindu Menu Ketupat di Rumah

Baca: Masya Allah, Nikmatnya Berbuka Puasa di Masjidil Haram

Hotel ini terletak di Ring 4 atau 4 blok di depan Masjid Nabawi.

Untuk ke Masjid Nabawi, jamaah bisa berjalan kaki melintasi deretan hotel, pasar, dan pusat perbelanjaan modern.

Baca: Ketika Memilih Cinta di Antara Harta dan Kesuksesan, Endingnya Sungguh Tak Terduga

Sabtu (16/6/2018), pagi rombongan di bawah bimbingan Ustaz Fauzan, melakukan ziarah di Kota Madinah.

Tujuan pertama adalah Masjid Quba.

QUBA - Jamaah UMH Pontianak berfoto usai berkunjung ke Masjid Quba, Madinah.
QUBA - Jamaah UMH Pontianak berfoto usai berkunjung ke Masjid Quba, Madinah. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ HASYIM ASHARI)

Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad SAW pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba.

Lokasinya sekitar 5 kilometer di sebelah tenggara Kota Madinah.

Masjid Quba telah beberapa kali mengalami renovasi.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah Orang pertama yang membangun menara masjid ini.

Sekarang renovasi masjid ini ditangani oleh Keluarga Saud.

Mengutip buku berjudul Sejarah Madinah Mnawarah yang ditulis Dr Muhammad Ilyas Abdul Ghani Masjid Quba ini telah direnovasi dan diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986.

Renovasi dan peluasan ini menelan biaya sebesar 90 juta royal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah.

"Pada setiap Sabtu Rasulullah datang ke Masjid Quba dari Masjid Nabawi untuk menjadi imam. Baik jalan kaki maupun berkendara," kata Ustaz Fauzan.

Ia juga menjelaskan Masjid Quba menjadi simbol persaudaraan antara Kaum Ansor dan Muhajirin.

Kaum Ansor adalah sebutan untuk mereka yang memeluk agama Islam di Madinah, sedang Muhajirin di Mekkah.

"Salat Tahiyatul Masjid dan Dhuha di Masjidil Quba, pahalanya setara 1 kali umroh," ucap Ustaz Fauzan.

Ia menyarankan agar jamaah memilih pintu nomor 2 yang lebih lengang.

Sebab pintu 1 biasanya padat karena diisi warga Mesir dan warga jazirah Arab lainnya.

Jamaah UMH Pontianak selanjutnya menunaikan dua salat sunah di atas, sebelum melanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanan menuju Masjid Quba, Ustaz Fauzan juga menuturkan penduduk Quba memiliki paras tampan dan bersih.

Sebab mereka senang bersuci dan berwudlu.

Sebelum tiba di Quba, ustaz juga menjelaskan ada yang disebut dengan Kampung Wadi Ranunah.

Di kampung inilah untuk pertama kalinya Rasulullah menunaikan Salat Jumat.

Saat itu, nabi dan rosul terakhir itu sedang dalam perjalanan menuju Masjid Quba.

Lalu terdengar azan berkumandang dan Rosul berhenti untuk menunaikan salat Jumat.

"Kemudian dibangun sebuah masjid dengan nama Masjid Jumaah," kata Ustaz Fauzan.

Ia juga menunjukkan deretan rumah warga Madinah.

Ziarah berikutnya adalah Jabal Uhud.

ZIARAH - Jamaah UMH Pontianak berziarah ke Jabal Uhud.
ZIARAH - Jamaah UMH Pontianak berziarah ke Jabal Uhud. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ HASYIM ASHARI)

Jabal Uhud terletak tak jauh dari Masjid Quba.

"Batunya tak bercampur dengan bukit lainnya. panjang 90 meter terbentang sampai Bandara Madinah. Tingginya setara Safa dan Marwah," papar Ustaz Fauzan.

Di sinilah terletak makam para syuhada.

Lokasinya ada di antara Gunung Uhud dan Bukit Rumat.

Ustaz Fauzan menjelaskan tempat ini merupakan pemakaman bagi 70 sahabat Nabi Muhammad yang gugur pada Perang Uhud.

Antara lain Hamzah bin Abdul Muthalib (Paman Nabi), Mush'ab bin 'Umair, dan Hanzholah bin Abi 'Amir.

Ada juga Amru bin al-Jamuh, dan Abdullah bin Amr bin Haram.

Perang Uhud terjadi antara pejuang Islam dan kaum kafir Quraisy pada 15 Syawal 3 Hijriyah (Maret 625 Masehi).

Ustaz Fauzan menjelaskan saat itu kaum Muslimin berkekuatan 700 orang.

Sedangkan kaum musyrikin Quraisy dari Makkah berjumlah 3.000 orang.

Kaum Quraisy saat itu ingin mencoba membalas kekalahan mereka dalam Perang Badar. 

Ustaz Fauzan menceritakan saat kaum musyrikin Makkah sampai di perbatasan Madinah, umat Islam mengadakan musyawarah bersama para sahabat yang dipimpin Nabi Muhammad SAW.

"Para sahabat mengusulkan agar umat Islam menyongsong kedatangan musuh di luar kota Madinah, usul ini akhirnya disetujui oleh Nabi Muhammad SAW," tuturnya.

Dalam perang itu kaum muslimin, sesuai dengan strategi Rasulullah SAW mengambil posisi di balik Jabal Uhud.

Rasulullah juga menempatkan beberapa orang pemanah di atas Gunung Arrimah (bukit sebelah utara Uhud), di bawah pimpinan Mash’ab bin Umair.

Dalam perang yang dahsyat tersebut pasukan muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan yang gemilang dan kaum musyrikin lari pontang-panting.

Namun, pemanah umat Islam yang berada di atas gunung tergoda, setelah melihat barang-barang rampasan perang.

Mereka pun turun meninggalkan posnya.

Hal ini dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid, Panglima Perang Kaum Musyrikin menggerakkan tentaranya kembali menyerang dari arah belakang kaum Muslimin.

Sebanyak 70 sahabat gugur setelah perang dengan gagah berani dan menjadi tameng hidup Rasulullah.

Setelah perang usai kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Makkah.

Mendengar cerita perjuangan para sahabat membela Islam, jamaah UMH Pontianak banyak yang ingin menangis.

Makam 70 syuhada itu, dibentengi pagar besi yang cukup tinggi.

Tidak ada batu nisan di makam tersebut, kecuali permukaannya yang rata dengan pasir.

Ustaz Fauzan menjelaskan mengapa terjadi peperangan di masa Rasulullah.

Menurut yang ia ketahui, Rasulullah pernah meminta tiga doa kepada Allah SWT.

"Pertama minta agar umatnya tidak dimatikan dalam keadaan tenggelam. Kedua, Meminta agar umatnya tak dimatikan dalam keadaan kelaparan dan kekeringan," ujarnya.

Kedua doa tersebut dikabulkan. Namun untuk doa yang ketiga tak dikabulkan.

"Ketiga meminta umatnya tidak mati dalam fitnah dan peperangan. Doa ini tak dikabulkan," imbuhnya.

Dipimpin Ustaz Fauzan jamaah UMH Pontianak kemudian membaca doa untuk para pejuang pembela Agama Allah tersebut.

Sesaat sebelum ke Jabal Uhud, jamaah diajak melihat langsung kebun kurma.

Ustaz Fauzan menjelaskan mata pencaharian masyarakat Madinah selain bangun hotel dan apartemen, juga berkebun kurma.

KURMA - Dua jamaah UMH Pontianak sedang memilih kurma di stand yang disediakan pemilik kebun kurma di Quba, Madinah.
KURMA - Dua jamaah UMH Pontianak sedang memilih kurma di stand yang disediakan pemilik kebun kurma di Quba, Madinah. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ HASYIM ASHARI)

Kurma yang dikenal memiliki banyak faedah ini memiliki bermacam jenis.

Antara lain Kurma Sukari (lonjong kecil) Kurma Ajwah (kurma khas Madinah yang biasa dikonsumsi Rasulullah), dan Kurma Maryam.

"Ada kurma biasa dan kurma super. Jika berkenan, biarpun sedikit, belilah kurma di sini karena semuanya kurma super," tambah Ustaz Fauzan.

Rupanya rombongan UMH Pontianak adalah yang pertama kali tiba di perkebunan kurma.

Sepanjang mata memandang, terhampar pohon-pohon kurma yang hijau daunnya.

Mata terasa amat sejuk melihatnya.

Sebab sejak tiba di Mekkah dan Madinah, selama 11 hari yang terlihat hanya hamparan pasir dan bukit serta gunung berbatu.

Begitu turun, jamaah sudah dimanjakan aneka jenis kurma yang disediakan di dalam toko.

Di sini, sebelum membeli jamaah boleh mencicipi kurma apa saja.

Harganya mulai dari 20 riyal hingga 60 riyal perkilogram.

Beberapa jamaah pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk membeli kurma sebagai oleh-oleh.

Seperti yang dilakukan oleh Uray Budianto.

"Beli Kurma Azwa untuk oleh-oleh mertua sama ibu. Kurma orang nyebutnya," kata Budi.

Sementara jamaah lain membeli kurma di dalam, di luar sebagian jamaah asyik melihat dari dekat pohon kurma.

Ketua Rombongan UMH Pontianak, Evie Thanderi dan suaminya, Roni Yani, berteduh di bawah pohon kurma yang berbuah sangat lebat.

Roni sesekali memungut kurma yang jatuh di tanah.

Tanah di bawah pohon kurma ternyata cukup lembab.

"Di Madinah mudah mendapatkan air. Kalau dibor 20 meter saja, sudah keluar airnya. Pohon-pohon kurma memang harus selalu diairi," ujar Ustaz Fauzan yang juga memilih duduk di bawah pohon kurma.

Air itu dialiri dan dipompa melalui pipa-pipa karet.

Beberapa saat sebelum rombongan UMH Pontianak meninggalkan kebun kurma, rombongan asal Jakarta tiba dengan satu bus lainnya.

Dan puncak dari tour dan ziarah di Madinah adalah Masjid Nabawi.

Sebenarnya malam sebelum ke Masjid Quba dan Jabal Uhud, jamaah sudah sendiri-sendiri maupun berkelompok beribadah di Masjid Nabawi.

Yang mereka kejar tak lain adalah pahala dan keutamaan salat di Masjid Nabawi.

Apalagi, di masjid yang dibangun Rasulullah ini, ada tempat-tempat di mana doa diijabah.

Di sini, ada Makam Rasulullah, Muhammad SAW yang berada di dalam masjid, serta 10 ribu sahabat, keluarga, istri nabi di sisi kiri masjid.

10 ribu makam tersebut dinamai Baqi.

Mengutip wikipedia, Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW setelah Masjid Quba.

Lokasi masjid semula adalah tempat penjemuran buah kurma milik anak yatim dua bersaudara Sahl dan Suhail bin ‘Amr.

Nabi Muhammad kemudian membelinya untuk diibangunkan masjid dan tempat kediamannya.

Saat dibangun pada 622 H, masjid ini berukuran sekitar 50 meter x 50 meter dengan tinggi atap sekitar 3,5 m.

Hingga saat ini, Masjid Nabawi sudah 9 kali mengalami renovasi.

Bergaya Islam klasik dan kontemporer, kink Nabawi mampu menampung 1 juta jamaah pada musim haji dan umrah.

Ada yang menjadi tempat favorit jamaah untuk menunaikan salat dan berdoa di Nabawi.

Tempat mustajab itu bernama Raudlah.

MIMBAR - Mimbar yang biasa dipakai Nabi Muhammad SAW di Raudlah, Masjid Nabawi yang masih terawat.
MIMBAR - Mimbar yang biasa dipakai Nabi Muhammad SAW di Raudlah, Masjid Nabawi yang masih terawat. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ HASYIM ASHARI)

Raudlah adalah areal masjid pertama yang dibangun Rasulallah.

Tempatnya di sisi makam Rusulallah, Abubakar Shiddiq, dan Umar bin Khatab.

Masih terpelihara dengan baik, mimbar dan tempat imam, yang digunakan Rasulallah.

Batasan Raudlah di dalam masjid sangat mudah dikenali karena dibatasi oleh dua warna karpet yang berbeda.

Jika warna karpet Masjid Nabawi adalah merah, maka karpet di Raudlah berwarna hijau lumut.

Karena luasnya yang tak seberapa, sementara jamaah yang ingin masuk ke Raudlah jumlahnya ribuan, maka mau tidak mau harus antre.

"Hari pertama dan kedua tak dapat. Namun Subuh terakhir, alhamdulillah dapat," ujarnya.

Ia juga berayukur bisa menyambangi Makam Rasulallah, Abubakar Siddiq, dan Umar Bin Khatab.

Bahkan jamaah harus datang lebih dini ke Nabawi, misalnya pukul 02.00 dinihari.

Di Raudlah masih terawat dengan baik mimbar tempat Nabi Muhammad menyampaikan khutbah.

Tempat Rosul menjadi imam salat juga masih sangat baik.

Pengaturan yang sistematis oleh petugas yang berjaga membuat arus keluar masuk Raudlah lancar terkendali.

Sekat-sekat pun dibuat untuk memberi ruang kepada jamaah.

Prioritas diberikan kepada jamaah yang sakit dan disabilitas.

Selain petugas, di Raudlah seperti juga di seluruh sudut Nabawi terpasang CCTV dan kamera yang bisa berputar 360 derajat guna memantau jamah.

Pengaturan serupa dengan cara buka tutup menggunakan sekat, sebenarnya juga dilakukan di Masjidil Haram.

Terutama saat-saat puncak ibadah seperti pada Ramadan.

Hal yang paling menjadi pusat perhatian adalah jangan sampai jamaah yang masuk dan keluar masjid atau sebaliknya bertabrakan.

Atau jangan sampai ada jamaah yang mengganggu jalur lalulintas orang di dalam dan di luar masjid. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved