Citizen Reporter

Menuju Kalimantan Barat Bebas Malaria

Gejala penyakit malaria dapat berupa demam, berkeringat berlebih, mengigil, muntah-muntah, diare dan nyeri otot. Nyamuk Anopheles sp.

ISTIMEWA
Gustin Finnegan, Warga Pontianak, Kalimantan Barat, Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 

Citizen Reporter

Gustin Finnegan

Warga Pontianak, Kalimantan Barat, Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Penyakit Malaria salah satu penyakit tular vektor yang menyerang masyarakat Kalimantan Barat dan dapat mempengaruhi produktivitas kerja, bahkan menyebabkan mortalitas (kematian) manusia pada keadaan rentan khususnya bayi, balita dan ibu hamil.

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi plasmodium yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia.

Plasmodium penyebab malaria secara alami terdapat di dalam tubuh nyamuk Anopheles sp. dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina.

Baca: Operasi Pekat Gabungan di Sambas, Temukan Pasangan Asusila di Hotel

Baca: Masyarakat Keluhkan Pelayanan? Catat Nomor Pengaduan Wali Kota Singkawang

Gejala penyakit malaria dapat berupa demam, berkeringat berlebih, mengigil, muntah-muntah, diare dan nyeri otot. Nyamuk Anopheles sp.

Aktif mencari mangsa pada waktu senja, fajar dan ada yang aktif pada malam hari.

Nyamuk Anopheles sp. menghasilkan telur sejumlah 50 hingga 200 telur per ovoposisi dan dalam waktu 2 hingga 3 hari.

Baca: Roy Kiyoshi Berbeda Sejak Kecil, Ibunya Bongkar Pengalaman Horor Sejak Mengandung

Morbiditas penyakit malaria pada suatu wilayah dapat ditentukan dengan indeks API (Annual Parasite Incidence) yaitu jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk dalam satu tahun.

Berdasarkan data dan informasi profil kesehatan Indonesia yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka Annual Parasite Incidence (API) per 1.000 penduduk Kalimantan Barat pada tahun 2016 adalah 0,06, angka API tersebut sudah menurun dibandingkan tahun 2013 (0,23), 2014 (0,17) dan tahun 2015 (0,13).

Penurunan angka API hingga 0,06 pada tahun 2016 menunjukkan sinergitas dan prestasi Pemerintah dan Lembaga terkait yang patut diapresiasi oleh masyarakat.

Namun untuk mencapai angka indeks API 0 diperlukan suatu metode yang baru dan juga optimalisasi metode yang sudah diterapkan oleh pemerintah yang melibatkan masyarakat secara umum.

Penggunaan insektisida sintetik (kimiawi) dengan metode fogging dan abate kimia untuk memberantas nyamuk merupakan cara tercepat dan instan untuk memberantas jentik dan nyamuk dewasa.

Namun metode tersebut dapat menyebabkan resistensi pada nyamuk sehingga menurunkan efikasi senyawa yang digunakan.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved