Roy Kiyoshi Berbeda Sejak Kecil, Ibunya Bongkar Pengalaman Horor Sejak Mengandung
Setelah acara Karma sukses menyedot perhatian pemirsa, kini ANTV menghadirkan sinetron yang secara khusus mengangkat
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Setelah acara Karma sukses menyedot perhatian pemirsa, kini ANTV menghadirkan sinetron yang secara khusus mengangkat kisah hidup Roy Kiyoshi.
Sinetron tersebut bercerita tentang perjalanan hidup Roy yang memiliki bakat indigo.
Untuk keperluan sinetron itu, ibu Roy, Meilany Chandrawaty, menceritakan berbagai pengalaman yang ia alami saat membesarkan Roy.
Satu di antaranya di sebuah video yang disiarkan saluran Youtube MVP Entertainment ID, pada Senin (28/5/2018) ini.
Di situ Lany bercerita tentang pengalamannya saat hamil Roy.
Baca: Dewi Perssik-Angga Wijaya Baikan: Roy Kiyoshi Minta Dewi Perssik Segera Hamil, Lho?
Baca: Prahara Rumah Tangga Dewi Perssik dan Angga Wijaya, Ramalan Roy Kiyoshi Terbukti?
Baca: Ramalan Roy Kiyoshi Banyak Terbukti, Tapi yang Satu Ini Kak Roy Gagal Total
Baca: Sweet! Ini 8 Fakta Tersembunyi yang Bikin Fans Yakin Song-Song Couple Akan Berakhir di Pernikahan
Di usia kehamilan empat bulan, tiba-tiba Lany memiliki kemampuan indera keenam.
Padahal sebelumnya, ia tak memiliki kemampuan tersebut.
"Saya diikuti kuntilanak karena hamil dan meninggal. Dia kaya ngiri gitu," tutur Lany, seperti TribunJogja.com lihat di video tersebut.
Sosok yang wajahnya polos itu sering kali mengajak berbicara dengan Lany.
Saat Lany berdoa, sosok tersebut memperhatikannya seolah sedang menjaganya.
Lalu setelah Roy lahir, di usia delapan bulan bocah itu sudah bisa berjalan dan sedikit bicara.
Kemudian saat usianya dua tahun, ia pernah berjam-jam berada di kamar sendirian, berbicara sendirian, lalu menggambar.
Setelah ke luar, Roy kecil menunjukkan gambar itu pada ibunya dan mengatakan bahwa sosok yang ia gambar adalah yang menjaga rumah yang mereka tempati.
"Saya nggak percaya anak 2 tahun menggambar sebagus itu," ujar Lany.
Di sebuah video yang dibagikan Lany di akun Instagramnya, Roy bercerita bahwa saat kecil ia tidak bisa menikmati kebahagiaan di sekolah, seperti anak-anak lainnya.