Kemenkes RI Kawal Ketat Suksesnya Program Kesehatan Daerah
Tahun 2018 ini, Kemenkes RI sudah jelas arahnya yakni tiga isu utama seperti stunting, TBC dan imunisasi
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) memastikan pengawalan ketat terhadap suksesnya program-program kesehatan yang dilakukan Pemerintah Pusat di tingkat daerah.
Terutama terkait tiga isu masalah kesehatan yang jadi prioritas Kemenkes RI yakni pengentasan stunting, tuberculosis (TBC) dan cakupan imunisasi di seluruh Indonesia.
(Baca: MUI Kalbar Dukung Polri Sapu Bersih Minuman Keras )
Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Oscar Primadi mengatakan pengawalan dilakukan guna ketahui apakah program Kemenkes RI berjalan efektif dan efisien.
“Pembangunan kesehatan tidak hanya berbicara ketika diberikan dana yang besar saja, tetapi juga harus punya dampak. Dari sisi pengawalan juga harus jelas. Tahun 2018 ini, Kemenkes RI sudah jelas arahnya yakni tiga isu utama seperti stunting, TBC dan imunisasi,” ungkapnya kepada Tribun, Minggu (22/4/2018).
(Baca: Kominfo Sebut Sekitar 6000 Startup Sudah Tersaring di Indonesia )
Oscar menerangkan jika tiga fokus utama problem kesehatan itu berhasil dituntaskan, maka akan menjadi prestasi baik. Sebab, tiga masalah ini menjadi setengah dari pekerjaan besar yang harus diselesaikan oleh Kemenkes RI.
“Tekad ini harus dikawal. Dirjen harus mengawal apakah program berjalan ekonomis, efektif dan efisien,” katanya.
Selama ini, ia tidak menampik Pemerintah Pusat sudah menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk menyelesaikan problem stunting, TBC dan imunisasi. Namun, faktanya masih dijumpai banyak kasus stunting dan TBC terjadi di berbagai wilayah Indonesia.
“Cakupan imunisasi juga masih berada di bawah angka target. Ini yang mau dikawal dan diintervensi. Ada sesuatu hal yang harus dicermati dan dideteksi letak kesalahannya,” jelasnya.
Ia menambahkan pengentasan semua masalah kesehatan bukan hanya bergantung pada Kemenkes dan Dinas Kesehatan saja. Semua harus dilakukan bersama-sama oleh lintas sektoral.
“Dukungan semua lini sangat diperlukan. Kita harus berupaya bersama-sama untuk efisiensi dan efektifitas program,” terangnya.
Oscar menimpali persoalan kesehatan tidak hanya bisa diatasi dengan penempatan dokter atau dokter spesialis dan membangun Puskesmas, namun perlu dukungan penguatan pendampingan.
“Daerah harus didampingi oleh provinsi. Provinsi juga harus dikuatkan oleh Pemerintah Pusat. Puskesmas tidak bsia dilepas sendiri. Kepedulian daerah pada Dinas Kesehatan itu bukan hanya masalah anggaran saja, tapi juga pola pendampingan agar mampu menterjemahkan setiap kebijakan secara utuh,” tukasnya.
Sementara itu, dalam kunjungan kerjanya belum lama ini di Pontianak, Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Prof Dr dr Nila Farida Moeloek SpM (K) mengatakan bahwa pemerintah menjadikan tiga isu penting kesehatan sebagai fokus penanganan. Tiga isu itu yakni stunting, tuberculosis dan imunisasi.
“Kami akan garap ini dengan memanfaatkan seluruh sektor. Satu diantara upaya dengan menerapkan program Indonesia sehat melalui 12 Indikator,” ungkapnya.
Ia menambahkan Indonesia menempati urutan kedua penderita tuberculosis (TBC) di dunia. Di sisi lain, angka stunting juga terbilang tinggi di Indonesia di atas angka target yang ditetapkan WHO.
Menkes menimpali isu kesehatan di Indonesia memang paling menarik digali sekaligus diselesaikan. Khusus tuberculosis, yang ditakutkan adalah resistensi dari obat. Pendampingan harus dipastikan berjalan kontinyu dan optimal.
“Semua harus saling bahu-membahu menuntaskan masalah ini. Jika sudah terjadi resistensi, itu dapat merugikan negara baik secara ekonomi maupun hubungan dengan negara lain. Pemberian imunisasi kepada anak sejak dini adalah dasarnya,” katanya.
Apabila stunting tidak disikapi serius, Menkes pesimis Indonesia siap menghadapi bonus demografi. Selain masalah penyakit menular, pemerintah tengah fokus dalam penanganan penyakit tidak menular diantaranya penyakit jantung dan Diabates.
“Untuk mengentaskan permasalah ksehatan, kita tidak bisa bekerja sendiri dari jajaran Kemenkes. Namun, kerjasama yang baik tentu itu yang diharapkan. Misalnya, dalam memberikan dakwah, berikan dakwah tentang kesehatan,” tukasnya.