Hari Musik Nasional
Hari Musik Nasional: WR Supratman, Dari Masa Kecil Kudisan, Wartawan, hingga Anak Band
Tahun 1925 ia pindah ke Surat Kabar Kaoem Kita, juga terbit di Bandung, sebagai pemimpin redaksi.
Ia menjadi korban politik diskriminasi pemerintah kolonial.
Lalu pindah ke sekolah dasar bumiputra sampai lulus pada usia 14 tahun.
Tahun 1919 ia mengantungi ijazah KAE (Klein Ambtenaar Examen).
Lulus dari Normaal School, WR Supratman menjadi guru bantu (hulp onderwijzer) di sekolah dasar bumiputra di Ujungpandang.
Ketika akan dinaikkan statusnya menjadi guru penuh, dengan syarat dipindah ke Singkang di pedalaman dekat Danau Tempe, ia mengundurkan diri sebagai guru.
Baca: Pelatih Tak Ingin Hisar Mawan Gegabah Hadapi Frangky Rohi
Selain karena letaknya terpencil, daerah itu juga masih ada perusuh yang menyerang pos-pos polisi.
Dengan bekal ilmu menggesek biola yang diperoleh dari kakak iparnya, tahun 1920 ia menjadi anggota Black White Jazz Band.
Kelompok musik pimpinan van Eldik ini sering tampil di rumah petinggi Belanda, juga di gedung Balai Kota.
Dari main band, ia memperoleh honor cukup besar dibandingkan dengan gajinya sebagai guru.
Tahun 1923 WR Supratman menjadi juru tulis di kantor dagang Firma Nedem.
Lalu pindah kerja di kantor pengacara dengan gaji cukup besar. Tapi musik tetap ditekuninya.
Pintar main musik dan juga berduit, ia menjadi idola noni-noni.
Baca: BREAKING NEWS: Hilang Kendali, Bus Hantam Kendaraan Beruntun Hingga Rumah di Wajok Hilir
Di usia awal 20-an, "Meneer Supratman" - demikian mereka menyebutnya - sering ganti teman kencan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/wr-soepratman_20180309_170405.jpg)