Cegah Stunting, PPSW Borneo dan IMA World Health Gelar Kampanye Gizi di Desa Batu Ampar

Pada kegiatan Kampanye Gizi Nasional ini, pihak panitia mengangkat isu utama yakni Pencegahan Stunting.

Editor: Rizky Zulham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FERRYANTO
Kampanye Gizi Nasioanal di Desa Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Minggu (11/02/2018). 

Ia juga memaparkan dalam pencegahan Stunting dapat di lakukan dengan cara memberikan informasi keseimbangan gizi dan pola makan.

Kepala Desa Batu Ampar Junaedi Abdullah mengatakan bahwa pihak desa telah memberikan anggaran khusus dalam APBDes untuk program kesehatan desa.

"Kami menganggarkan sekitar 34 juta untuk alokasi kesehatan Desa dan ada didalam APBDes, mengenai kesehatan ini bukan hanya sekedar wacana, tapi action juga tetap ada,"ungkapnya

Iapun menambahkan bahwa pihak desa selalu mendorong dan mengupayakan asupan gizi balita yang seimbang

"Kami dari desa selalu mendorong dan mengupayakan balita kita dengan asupan gizi yang sehat, kami sadar bahwa generasi masa depan bangsa haruslah di beri asupan gizi yang baik sehingga dapat menjadi cerdas,"paparnya.

Di Desa Batu Ampar sendiri tidak terdapat kasus Stunting yang tercatat oleh pihak kesehatan, namun pihak Posyandu di Dusun Sungai Limau menemukan 4 orang anak yang terindikasi mengalami Gizi Kurang.

Dari sekitar 60 balita yang datang di kegiatan posyandu bulanan ini sebanyak 4 orang balita terindikasi gizi kurang dikarenakan kondisi tubuh dan berat badannya yang tidak sesuai dengan usianya.

Posyandu Bougenvile Sungai Limau yang mempunyai agenda memeriksa balita di Dusun tiap sebulan sekali, pada kali ini menemukan 4 orang anak dengan setatus gizi kurang.

Salah seorang anak yang bernama Alifia telah berusia 4 Tahun 4 bulan, namun berat badannya hanya 8,3 kg.

Alifia merupakan anak ke 2 dari pasangan Taksiah dan Mawardi, yang mana keseharian Mawardi adalah sebagai pembuat Arang.

Ibunya menuturkan bahwa anakanya ini biarpun kecil dan berat badannya kurang, namun dalam aktivitasnya sehari - hari ia termaksud anak yang aktiv dan ceria, namun sang ibu menuturkan bahwa Alifia kurang menyukai sayuran hijau.

John Suarno seorang petugas puskesmas yang bertugas sebagai Promkes di desa Batu Ampar saat bertugas di Posyandu, mengatakan bahwa gizi kurang berkaitan dan ditentukan dari pola asuh dari kedua orang tua, sehingga pola makan anakpun terganggu dan kurang.

Ia mengatakan untuk memproduksi makanan bergizi di butuhkan orang tua yang mapan, yakni mampu didalam mengasuh anak dengan baik, membagi waktu antara bekerja dan memperhatikan asupan gizi kepada anak.

"Bisa dikatakan yang menyebabkan keempat anak ini gizi kurang karena pola asuh yang kurang, karena orang tua disinikan banyak yang pekerja, ada yang digunung, ada yang melaut ada juga yang kerja di Dapur Arang,"ungkapnya.

Kepala Puskesmas Desa Batu Ampar Kirsan, SE mengatakan bahwa pihaknya mengakui masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Ia pun berterima kasih dengan temuan mengenai 4 orang balita yang terindikasi.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved