Banjir Tidak Bisa Dicegah, Ini Solusinya Menurut Dosen Hidrologi Lingkungan Untan

Sekarang banyak tanah yang tertutup bangunan dan jalan, kemudian air tidak bisa meresap atau air tidak bisa menggenang di sana

Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / Claudia Liberani
Dosen Hidrologi Lingkungan Prodi Teknik Lingkungan Untan, Kiki P Utomo 

Ketika Sungai Kapuas sedang penuh, hujan sedikit saja, bisa terjadi banjir karena air hujan tidak bisa ke mana-mana karena tanah kosong sudah tidak ada, jadi sebabnya menjadi genangan dan genangan ini semakin besar dan luas ketika ketiga hal ini terjadi dalam waktu bersamaan.

(Baca: Mahar Politik Boleh Atau Tidak? Ini Penjelasan Pengamat Politik Sukamto )

Pontianak tidak bisa menghindari hal ini karena kita di muara dan kita di hilir serta curah hujan kita tinggi. Curah hujan di Pontianak 2.000 milimeter lebih per tahun, jadi kira-kira ada dua meter air di atas permukaan tanah kita. Pontianak memang sudah rejekinya banyak air.

Maka kita tidak bisa melawan karena kita akan melawan tiga hal sekaligus, air pasang, air kiriman dari hulu dan air hujan. Pemerintah mungkin perlu berpikir soal adaptasi, ini disebut konsep cara lembut, daripada kita melawan, mengapa kita tidak hidup saja dengan air. Itu yang sebenarnya dulu dilakukan nenek moyang kita, contohnya rumah panggung, jadi sesekali air naik rumahnya tidak kebanjiran, tapi sekarang rumah orang kebanyakan rumah rata.

Atau contoh lainnya berpergian menggunakan perahu melalui saluran-saluran, itu adalah contoh-contoh adaptasi. Tapi tentunya naif jika sekarang kita melakukan itu. Karena adaptasi adalah solusi jangka panjang, sementara saat ini yang pemerintah lakukan adalah solusi jangka pendek, yaitu metode keras. Metode keras bisa saja dilakukan dengan membuat tanggul, saluran, bangunan dan jalan ditinggikan tapi pada akhirnya air itu akan berada di suatu tempat, selama tempat tersebut tidak ada dan tempat menuju tidak memungkinkan pasti akan ada kenangan.

Pengendara melintas di Jalan Gusti Hamzah (Pancasila), Pontianak, Jumat (12/1/2018) siang. Diguyur hujan sejak kamis (11/1) malam hingga Jumat (12/1) siang, sejumlah jalan di kota Pontianak di landa banjir rob. TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA
Pengendara melintas di Jalan Gusti Hamzah (Pancasila), Pontianak, Jumat (12/1/2018) siang. Diguyur hujan sejak kamis (11/1) malam hingga Jumat (12/1) siang, sejumlah jalan di kota Pontianak di landa banjir rob.

Pontianak sudah berbuat banyak dan cukup optimal menangani banjir seperti menaikkan badan jalan, memperbaiki saluran, sekarang saluran kota Pontianak kondisinya baik dan lancar, kita membersihkan saluran supaya tidak ada sampah, langkah berikutnya adalah adaptasi. Setelah metode keras ini selesai kita perlu pindah ke metode lembut.

Daerah datar seperti kota Pontianak, Pontianak ada di dataran banjir di tempat-tempat seperti ini muka air tanah tinggi. memikirkan langkah strategis yang memungkinkan kota ini beradaptasi dan itu tantangan terberatnya adalah membuat paham mengenai adaptasi ini, penerimaan bahwa banjir akan selalu datang dan kita harus memikirkan bagaimana kita harus beradaptasi dan mengelola banjir karena ketika beradaptasi dengan banjir akan ada nilai ekonomis yang harus dikorbankan sementara untuk mendapatkan nilai ekonomis yang lebih tinggi belakangan dan berkelanjutan.

Pemerintah perlu membuat strategic plan, di mana masyarakat, pemerintah, dan pengusaha, duduk bersama memikirkan banjir, saya boleh kebanjiran tapi apa kompensasi yang saya dapatkan. Kita harus beradaptasi, tidak bisa melawan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved