Miris, Kerajinan Dayak Kalbar Terancam Terus Berkurang Jumlahnya, Akibat Kurangnya Pengrajin

Namun sayang, beberapa barang seperti kalung, dompet, dan tas manik bermotif Dayak terbatas

Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/CLAUDIA LIBERANI
Dara Dayak 2017, Yoanli Theresa Dea. 

Untuk program lain, menurutnya perlu dipertimbangkan sebagai program jangka panjang. Tidak mudah memang karena menurutnya keterampilan menganyam manik bukan sebuah keterampilan yang sederhana.

Cara meneruskan pengetahuan nenek moyang adalah dengan mempraktekkan pengetahuan tersebut. Dalam keterampilan menganyam, baik itu menganyam manik, tikar maupun keranjang, ada pengetahuan yang diharapkannya dapat terus bertahan dari generasi ke generasi.

Baca: Cornelis Bakal Hadiri Natal Oikumene Pemuda Dayak Di Rumah Radakng

Mahasiswi semester lima fakultas MIPA Untan ini berharap kearifan lokal dalam suku Dayak terus bertahan. Dia yang baru-baru ini menjadi perwakilanm Kalbar dalam Jambore Pemuda Indonesia (JPI) 2017 di Sawahlunto Sumatera Barat mengatakan perlu kerjasama antara golongan tua dan muda untuk mentransfer pengetahuan agar pengetahuan tersebut tidak putus dan hilang.

"Saya harap budaya Dayak selalu ada, eksistensinya terjaga karena saya yakin banyak orang yang mau melestarikan budaya Dayak di manapun mereka berada, baik itu generasi muda maupun tua," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved