Melihat Keserumpunan dalam Dialog Borneo - Kalimantan XIII
Kegiatan ini diadakan oleh Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena) di Kapuas Palace sejak 27 Desember- 30 Desember 2017.
Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Claudia Liberani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Mengenakan teluk belanga dan baju kurung, para peserta Dialog Borneo - Kalimantan XIII mengikuti rangkaian kegiatan dengan khidmat, tidak hanya pakaian Melayu yang tampak, tapi ada juga peserta yang mengenakan pakaian adat Dayak.
Dialog Borneo-Kalimantan XIII merupakan acara dwitahunan yang mempertemukan penulis, sastrawan, akademisi, dan pegiat budaya Pulau Borneo dan Semenanjung Malaysia.
Kegiatan ini diadakan oleh Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena) di Kapuas Palace sejak 27 Desember- 30 Desember 2017.
Baca: Diskominfo Kalbar Pantau Informasi Medsos 1x24 Jam
Adapun tema dialog ini adalah Keserumpunan dan Keserantauan.
Pertemuan ini menjadi ruang bagi bertemunya penulis dari tiga negara, yaitu dari Kalimantan, Sarawak, Sabah, Wilayah Persekutuan Labuan, Brunei Darussalam, dan Semenanjung Malaysia.
Setelah lagu Indonesia Raya berkumandang, Ketua Majelis Adat dan Budaya Melayu (MABM) Kalbar, Chariril Effendy memberikan kata sambutan untuk membuka acara.
Baca: Aulia Dangdut Academy Panggil Sayang ke Cowok Ini, Ternyata Bukan Nassar
"MABM merasakan amat bertuah karena ditunjuk sebagai penyelenggara kegiatan, sebagai tuan rumah, mewakili Kalimantan Barat. Bagi kami, penyelenggaraan ini membangkitkan kenangan tentang kegiatan ini, 22 tahun lalu. Pada tahun 1995, pertemuan serupa yang ke-3 dilaksanakan di Pontianak," katanya, Kamis (28/12/2017).
Syahdu memenuhi ruangan di mana pertemuan ini dihelat, ada 8 pemakalah utama dan 12 pemakalah pilihan yang ditampilkan untuk menyampaikan materi tentang bahasa, sastra, dan budaya serumpun.
Berbagai khazanah budaya yang tumbuh di Borneo diangkat ke permukaan dan dibahas bersama.