LDII Ingatkan Pemerintah Tak Abai Masalah Pemuda, Hidupkan Kembali Lembaga-lembaga Ini
"Namun, bonus demografi ini bisa menjadi petaka demografi bila pemerintah mengabaikan permasalahan yang dihadapi para pemuda,"
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Nasaruddin
(Baca: Tanggapi Bujang Dare Terpilih, Begini Tanggapan Sutarmidji )
Sebagai solusi, Prasetyo meminta kepada pemerintah untuk melakukan penguatan keluarga dan perbaikan kesejahteraan, yang paralel dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Penguatan keluarga dalam bentuk memberikan edukasi atau nilai kepada orangtua, agar mampu mendidik anak-anak mereka dengan baik.
Langkah lain kebijakan pemerintah yang bisa ditempuh adalah dengan kembali menghidupkan, mendorong, dan membantu lembaga-lembaga kepemudaan.
Baik di kampus maupun di kampung-kampung sebagai wahana penyaluran kreativitas sekaligus wahana membentuk karakter pemuda.
(Baca: Ini Makna Sumpah Pemuda Bagi Generasi Milenial )
Pengabaian pendidikan dan pembentukan karakter pemuda yang mulia, merupakan langkah sistematis menghilangkan sebuah negara dan juga bangsa.
"Inilah yang harus menjadi kesadaran bersama dalam Hari Sumpah Pemuda," ungkapnya.
Bila Bung Karno di zaman lampau hanya meminta 10 pemuda untuk mengguncang dunia.
Hari ini, analogi 10 pemuda terbilang sulit untuk mengguncang dunia, karena pemuda era digital lebih sibuk ribut satu sama lain, mementingkan diri sendiri, dan abai lingkungan sekitar.