Gubernur Cornelis, Kopi Hitam, dan Pengamen Sungai Pinyuh
Gubernur Cornelis, biasanya selalu dan hanya memesan kopi hitam. Kopi murni tanpa campuran susu atau pun cream.
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Agus Pujianto
Terlihat tawa lepas dari tamu-tamu di Warkop Aneka Rasa. Mereka melihat dari dekat bagaimana Gubernur Cornelis menyeruput kopi hitam di dalam gelas.
Lagu Jubata sendiri merupakan lagu wajib yang dinyanyikan pada acara pembukaan Gawai Dayak.
Lagu ini dipopulerkan Siyentia. Lagu ini berisi tentang doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, doa perlindungan, doa permohonan, dan doa keselamatan.

Sore itu ada seorang Pengamen bernama Dani (35 tahun). Ia seolah membuktikan bahwa seni adalah universal.
Seni bisa menembus sekat. Dani yang sudah 11 tahun mencari nafkah sebagai pengamen di Pasar Pinyuh langsung mengiyakan lagu pertama berjudul Jubata.
Petikan gitar tua dan gaya khasnyanya pun seakan menghipnotis pengunjung warkop yang hadir untuk bernyanyi bersama lagu Jubata, tak terkecuali sang Gubernur Cornelis.
Dani berdarah Melayu. Namun dia mengakui belajar bebagai lagu daerah lainnya agar ketika ada yang minta lagu daerah, dirinya bisa membawakannya dengan baik.
Dengan demikian pengunjung bisa terhibur.
Bagi Dani yang memang menafkahi keluarganya dengan petikan gitar setiap hari, request lagu oleh Gubernur Cornelis adalah rezeki dan berkah.
Berkah bagi dirinya dan keluarga di rumah, yang menantinya pulang sebelum Adzan Magrib berkumandang. (*)