Gubernur Cornelis, Kopi Hitam, dan Pengamen Sungai Pinyuh
Gubernur Cornelis, biasanya selalu dan hanya memesan kopi hitam. Kopi murni tanpa campuran susu atau pun cream.
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Agus Pujianto
Laporan Wartawan Tribunpontianak.co.id, Hasyim Ashari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Gubernur Kalimantan Barat, Drs Cornelis MH, punya kebiasaan unik.
Seperti yang diungkapkan Staf Tata Usaha Gubernur, Hentakun CH, Gubernur Cornelis selalu singgah di warung kopi pinggir jalan, untuk sekadar istirahat dan berbincang dengan masyarakat sekitar.
Gubernur Cornelis, biasanya selalu dan hanya memesan kopi hitam. Kopi murni tanpa campuran susu atau pun cream.
Tentu saja, tak ketinggalan panganan kue untuk mengganjal perut.

Hal itu juga yang terlihat, Sabtu (30/09/2017). Gubernur Kalimantan Barat dua periode ini singgah di sebuah warung kopi (warkop) di Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah.
Ia bersama para stafnya baru saja pulang dari menghadiri 100 Tahun Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang.
Gubernur Cornelis memilih singgah di Warkop Aneka Rasa. Masih dengan gayanya yang sederhanya, berkemeja putih lengan panjang!
Di Warkop Sungai Pinyuh, bila ketemu pengamen, Gubernur Cornelis selalu me-request lagu daerah berjudul Jubata.
Tembang -tembang lawas juga tak ketinggalan ia pesan. Sebut saja Demi Kau dan Sibuah Hati karya Pance Pondaag.
Lagu Jubata (Tuhan) bermakna ungkapan syukur dan doa manusia kepada Tuhan.

Lagu ini berbahasa Dayak Kanayatn. Lagu ini pun berkumandang di Warkop Aneka Rasa.
Sesekali orang nomor satu di Kalimantan Barat itu itu ikut bernyanyi bersama tamu warkop lainnya, yang memang sengaja ia ajak duduk di sebelahnya.
Ada juga seorang anggota polisi yang biasa berjaga di Terminal Sungai Pinyuh duduk tepat di sisi Cornelis.
Mereka pun ngopi sambil menikmati tembang Jubata dan Pance yang berjudul Demi Kau dan Sibuah Hati.
Terlihat tawa lepas dari tamu-tamu di Warkop Aneka Rasa. Mereka melihat dari dekat bagaimana Gubernur Cornelis menyeruput kopi hitam di dalam gelas.
Lagu Jubata sendiri merupakan lagu wajib yang dinyanyikan pada acara pembukaan Gawai Dayak.
Lagu ini dipopulerkan Siyentia. Lagu ini berisi tentang doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, doa perlindungan, doa permohonan, dan doa keselamatan.

Sore itu ada seorang Pengamen bernama Dani (35 tahun). Ia seolah membuktikan bahwa seni adalah universal.
Seni bisa menembus sekat. Dani yang sudah 11 tahun mencari nafkah sebagai pengamen di Pasar Pinyuh langsung mengiyakan lagu pertama berjudul Jubata.
Petikan gitar tua dan gaya khasnyanya pun seakan menghipnotis pengunjung warkop yang hadir untuk bernyanyi bersama lagu Jubata, tak terkecuali sang Gubernur Cornelis.
Dani berdarah Melayu. Namun dia mengakui belajar bebagai lagu daerah lainnya agar ketika ada yang minta lagu daerah, dirinya bisa membawakannya dengan baik.
Dengan demikian pengunjung bisa terhibur.
Bagi Dani yang memang menafkahi keluarganya dengan petikan gitar setiap hari, request lagu oleh Gubernur Cornelis adalah rezeki dan berkah.
Berkah bagi dirinya dan keluarga di rumah, yang menantinya pulang sebelum Adzan Magrib berkumandang. (*)