Dosen Mogok Kerja
Begini Cerita Awal Terjadinya Kisruh di Stikes Yarsi
Sekarang ini semua tuntutan para dosen tersebut ia katakan akan dipenuhi semua, karena ia bertindak atas dasar asas manfaat.
Penulis: Syahroni | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Adanya kisruh yang terjadi di manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Yayasan Rumah Sakit Islam (Yarsi), membuat pembina yayasan harus turun tangan untuk menengahi permasalahan yang ada.
Pembina Yayasan, H Elman M Syahril, mengatakan ia selaku pembina hanya ingin mengambil jalan tengah dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi penengah semuanya yang bertikai.
Ia menceritakan asal mula pengurus yayasan periode 2012-2017 ini terpilih dan tidak para pengurus tidak membuat akta notaris sehingga tidak memiliki legalitas secara hukum padahal ia selaku pembina telah memberikan saran agar dibuat akta notarisnya.
"Saya memang memilih mereka menjadi pengurus dibawah pimpinan Alm dr Bukhari, periode 2012-2017 dan mereka yang masuk dalam penurus ini tidak ada mengurus akta notaris, jadi status nya tidak jelas karena dasar hukumnya tidak dibuat. Jadi semua rapat dan siapapun yang mengangkat diri menjadi pengurus tidak legal," ucapnya, setelah melakukan pertemuan dengan puluhan dosen yang melakukan aksi damai, Senin (12/6/2017).
Baca: Kecewa, Mahasiswa Stikes Yarsi Harap Kisruh Segera Selesai
Sekarang ini semua tuntutan para dosen tersebut ia katakan akan dipenuhi semua, karena ia bertindak atas dasar asas manfaat.
"Saya asasnya manfaat dan saya akomodir semua tuntutan para dosen ini, dan saya berhentikan saudara Wahyu Kirana dari ketua Stikes Yarsi, karena dia sedang dalam masa tugas belajar. Orang yang sedang tugas belajar ketentuan dari Dikti tidak boleh menjabat," ucapnya.
Selama ini ia katakan memang manajemen Stikes Yarsi tidak berjalan baik bahkan aturan yang ada tidak dilakukan .
"Ini saya lakukan karena untuk menyelamatkan yang banyak. Kita berjuang dari tahun 1983 membangun SPK ini sampai menjadi Yarsi dari gaji yang hanya Rp 100-200 ribu hingga sekarang yang gajinya sudah Rp 9 juta malah ribut jadi pimpinan malah ribu kita sama kita. Saya sebagai orangtua disini tidak mau adanya cekcok, karena ini adalah tempat kita bersama," tegasnya.
Ia mengatakan juga bahwa Wahyu Kirana, hanya diberentikan sebagai ketua Stikes Yarsi, dan tidak mengeluarkan dari yayasan, karena tidak mau menzolimi.
Selain itu mengenai dua orang yang dipecat oleh yayasan dan ditanda tangani Wahyu Kirana, ia berharap bisa kembali lagi.
"Karena tuntutan hukum sedang berjalan, kita akan komunikasi dengan Wahyu Kirana karena yang bisa mencabut laporan hanya dia. Kita akan perjuangkan lagi agar dosen tersebut bisa kembali, kita minta kesadaran dan kebaikan Wahyu untuk mencabut laporannya. Tidak ada gunanya ribut-ribut padahal semuanya bersaudara, saya ingin semua damai dan kembali seperti biasa," harapnya.
Ia selaku pembina dan pendiri Yarsi, akan meminta senat untuk mengadakan pemilihan ketua menggantikan Wahyu Kirana secepatnya. "Sekali lagi saya minta semuanya harus baik baik saja semuanya bersaudara," pungkasnya.
Sampai saat ini, tribunpontkanak.co.id, belum bisa mengkonfirmasi Wahyu Kirana, karena ia tidak berada dikampus dan ketika ditelpon tidak ada jawaban.