Ikuti SLI, Penyuluh Ketahui Cara Budidaya Tanaman dan Atasi Hama Penyakit Saat Cuaca Ekstrim

Mereka (petani) sangat membutuhkan pemahaman itu, terutama dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Selama ini kan tentang perubahan...

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK/TITO RAMADHANI
Sebanyak 25 PPL dan POPT dari Kabupaten Sintang, Kubu Raya, Bengkayang dan Kota Pontianak mengikuti Sekolah Lapang Iklim tahap II tahun 2017 Provinsi Kalbar, yang digelar Stasiun Klimatologi Mempawah - Kalbar selama dua hari, yakni sejak Senin (20/3/2017) hingga Selasa (21/3). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Unit Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTPH) Provinsi Kalbar, Yuliana Yulinda menuturkan para petani membutuhkan informasi dari perubahan cuaca, sehingga dapat memahami langkah apa yang harus dilakukan agar tetap dapat meningkatkan produksi pertanian.

"Mereka (petani) sangat membutuhkan pemahaman itu, terutama dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Selama ini kan tentang perubahan-perubahan mereka kan sangat tidak paham, yang mereka ketahui hanya budidaya dan bagaimana cara pra hingga pasca panen," tuturnya.

Dengan adanya SLI ini, sehingga para PPL mendapatkan masukan, terutama untuk cara budidaya tanaman dan mengatasi hama penyakit terutama pada kondisi cuaca ekstrim.

"Selain itu, mereka (PPL) juga bisa mengatasi permasalahan-permasalahan, terutama untuk permasalahan kekeringan dan banjir. Jadi mereka sudah bisa tahu cara mengatasinya dengan melihat dan memahami perubahan-perubahan alam, terutama tentang iklim baik itu curah hujan sampai dengan perubahan terjadinya kekeringan," jelasnya.

Selama ini yang pihaknya ketahui biasanya iklim berubah dan berbeda dengan model ramalan pihaknya.

"Selama ini yang sudah kami ketahui, yang biasanya musim hujan pada bulan April, ternyata banyak terjadi perubahan, itu yang makanya harus kami pelajari, dalam rangka untuk budidaya tanaman padi dan kedepannya untuk meningkatkan produksi tanaman tersebut," terang Yuliana.

Yuliana juga mengakui banyak terjadinya gagal panen di Kalbar disebabkan kurangnya mengetahui perubahan cuaca yang terjadi.

Ia mencontohkan seperti di Kabupaten Sambas yang pernah terjadi banjir, sehingga berdampak kepada gagal panen.

"Selama ini biasanya banjir dan kekeringan, itu sangat berdampak. Sehingga petani dalam mengatasi hal tersebut, dengan adanya SLI ini yang nanti akan dilaksanakan pada SLI tahap III itu. Intinya yang kami harapkan petani bisa membaca perubahan kondisi iklim, sehingga kedepannya petani tahu, bahwa bilamana terjadi hal tersebut mereka bisa mengatasinya secara dini untuk budidaya tanaman mereka," urainya.

Yuliana tak menampik, masih ada sebagian petani yang memahami perubahan cuaca berdasarkan pengalaman.

Pihaknya tak bisa memungkiri, pengalaman-pengalaman para petani tersebut dalam membaca gejala-gejala perubahan iklim.

"Hanya kami selaku PPL ini, menambah pemahaman tersebut, sehingga petani tersebut lebih luas wawasannya untuk membaca perubahan-perubahan iklim, sehingga budidaya tanaman dan produksi pertanian mereka meningkat, itu harapan kami. Jadi kami juga tidak bisa menutup mata, bahwa pengalaman mereka dalam pertanian memang cukup luas," ujarnya.

Pihaknya berharap, adanya SLI bagi PPL agar lebih memantapkan bisa memberikan penyuluhan bagi para petani di lapangan. Sehingga ilmu tentang alam yang diperoleh, dapat semakin bertambah.

"Karena selama ini yang mereka ketahui sebelumnya, hanya budidaya dari pra sampai pasca panen. Tetapi (pengetahuan) untuk membaca kondisi iklim, perubahan-perubahan dan terjadinya permasalahan tentang iklim mereka masih minim," sambungnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved