Pontianak Waspada Siklus Lima Tahunan Demam Berdarah

Terlebih ia katakan Kota Pontianak merupakan daerah endemis yang bisa saja datang kapanpun penyakit demam berdarah tersebut.

Penulis: Syahroni | Editor: Rizky Zulham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISHAK
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidig Handanu W. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu, menuturkan jika tahun 2017 masuk dalam siklus 5 tahunan wabah demam berdarah di Kota Pontianak.

Ia menjelaskan bahwa pengendalian sudah dilakukan sebagai upaya pencegahan untuk mengatasi wabah tersebut.

Terlebih ia katakan Kota Pontianak merupakan daerah endemis yang bisa saja datang kapanpun penyakit demam berdarah tersebut.

“Kita melakukan uji coba dengan Kemenkes untuk mencegah demam berdarah dalam sistem pengendalian vektor. Di mana dikembangkan nyamuk yang mandul dan tidak menghasilkan jentik,” katanya Jumat (23/2/2017).

Disebutkannya selain sistem pengendalian vektor, juga dilakukan pengendalian dengan sistem vaksin.

Baca: Kadisporapar Tutup Kejuaraan Sepak Takraw Tingkat Pelajar se-Kota Pontianak

"Cara ini diharapkan efektif mencegah dan mengendalikan demam berdarah yang ada. Berdasarkan data, 62 kasus demam berdarah terjadi di tahun 2016. Lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 80 kasus," jelasnya.

Kadis kesehatan tersebut menambahkan peran serta masyarakat di Kota Pontianak dirasa masih kurang. Diberikannya contoh bahwa ada sebagian masyarakat malah enggan rumahnya dilakukan pengasapan atau menaburkan bubuk abate di bak penampungan airnya.

Kelurahan Sungai Bangkong, Sungai Jawi Dalam dan Sungai Beliung masih jadi wilayah dengan angka kasus tertinggi.

"Sementara wilayah lain bisa dikatakan terkendali meski terancam DBD. Pemerintah terus berusaha menekan kasus dengan sejumlah antisipasi. Sayangnya, program andalan Kartu Kendali Jentik, Satu Rumah Satu Jumantik, pelaksanaannya tidak optimal. Kesadaran masyarakat masih belum mendukung," ujar Handanu.

Beberapa langkah yang dilakukan untuk mencegah kasus demam berdarah adalah membentuk kader Jumantik atau petugas khusus yang turun langsung ke rumah warga untuk memberikan bubuk abate per tiga bulan sekali. Fogging sebelum masa penularan (musim penghujan) juga dilakukan. Termasuk pula fogging di sekolah-sekolah dan fogging fokus, yang khusus dijalankan apabila ada kasus.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved