Gadis Pontianak Lulusan Tercepat di Singapura, Dewi Terkenang Bekal 2 Liter Air

Di dua semester pertamanya, Dewi mengambil 10 modul kuliah per semester dan semuanya dituntaskan dengan baik.

Editor: Marlen Sitinjak
DOK. PRIBADI
Dewi Suryana dan kedua orangtuanya saat acara wisuda di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, 30 Juni 2016. 

"Saya mengerti bagaimana sulitnya kehidupan kami, saya juga hampir tidak pernah ke kantin, jadi saya selalu belajar di jam istirahat. Sesampai di rumah, baru saya makan masakan ibu," kata Dewi saat ditemui Kompas.com di Singapura, awal September lalu.

"Bekal saya hanyalah 2 liter air untuk menghilangkan lapar dan dahaga selama belajar," ujarnya dengan mata memerah menahan air mata mengingat masa-masa sulit itu.

Ketika ditanya lebih jauh tentang menu makanan di rumah sehari-hari, apakah masih dalam kadar gizi yang sesuai, Dewi sempat terdiam dan menerawang sesaat.

"Jujur, sarapan biasa hanyalah nasi beserta telur atau ikan asin yang kemudian dituangkan banyak air untuk memberi rasa kenyang. Makan malam terkadang kita hanya makan mi instan karena itulah yang sanggup dibeli ayah dan ibu saya," tutur Dewi sambil terisak.

Keadaan ini semakin rumit karena ayahnya yang sudah tua serta sakit-sakitan dan tidak ada uang untuk berobat.

Berjuang meraih beasiswa

Kehidupan serba terbatas itu memotivasi Dewi untuk belajar lebih keras dan mencari beasiswa demi meringankan beban orangtuanya.

Ia berharap bisa lulus cepat supaya bisa bekerja mendapatkan uang untuk menafkahi orangtua dan saudara-saudaranya.

"Apa pun yang saya capai adalah demi keluarga, demi orangtua, dan kakak serta adik. Saya ingin mereka bahagia, saya ingin hidup saya memiliki arti yang berguna," kata anak kedua dari empat bersaudara tersebut.

Tekadnya membawa hasil. Dewi mendapatkan beasiswa sejak menempuh pendidikan di SMP Immanuel Pontianak.

Awalnya tidak mudah. Dia merasakan sulitnya bersekolah tanpa beasiswa dan ia sempat menunggak uang sekolah.

Untunglah Kepala SMP Immanuel membantunya dengan segera memberikan beasiswa agar dia dapat melanjutkan studi di sekolah tersebut.

Memasuki jenjang SMA, Dewi kembali memperoleh beasiswa di kelas bergengsi Brilliant Class di SMAK Penabur Gading Serpong.

Kelas ini diperuntukkan bagi anak-anak berbakat yang dinilai memiliki kemampuan di atas rata-rata di bidang ilmu pengetahuan alam.

Saat duduk di bangku SMA inilah, Dewi mulai perlahan menjadi tulang punggung keluarga.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved