Editorial

STOP KEKERASAN TERHADAP GURU

Kini, Adnan dan anaknya (berusia 15 tahun) sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dituntut dengan pasal 170 KUHP dengan maksimal tujuh tahun penjara.

Penulis: Ahmad Suroso | Editor: Marlen Sitinjak
TRIBUN TIMUR/DARUL AMRI
Ratusan siswa SMKN 2 Makassar aksi solidaritas kepada guru mereka di halaman depan Mapolsek Tamalate, Kamis (11/8/2016). 

Apa yang disampaikan Ridwal Kamil benar. Dulu, guru merupakan sosok yang sangat disegani dan dihormati layaknya kedua orangtua siswa sendiri.

Bahkan guru disebut sebagai orangtua siswa saat di sekolah. Artinya, guru adalah sosok yang bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi terhadap siswa selama siswa berada di sekolah.

Tak heran ketika siswa melakukan kesalahan di sekolah dan dihukum guru, kemudian siswa tersebut pulang ke rumah, maka siswa tersebut tidak akan mendapatkan pembelaan, bahkan justru mendapat hukuman tambahan dari orangtua aslinya.

Ironis memang, dahulu guru sangat disegani dan dihormati oleh siswa maupun orangtua siswa. Tetapi kini seperti diungkap seorang pengguna Facebook,"Dunia ini kayaknya sudah terbalik."

BACA JUGA: Mengniaya Guru Anaknya, Sang Ayah Terancam Tujuh Tahun Penjara

Rentetan kasus kekerasan terhadap guru atau yang mungkin dilakukan guru terhadap muridnya, mengutip pakar pendidikan dan pelatih guru Itje Chodidjah (Kompas, 11/8/2016) menunjukkan ada kekeliruan mendasar dalam sistem pendidikan, termasuk sistem pendidikan guru dan penghargaan orangtua terhadap guru atau sekolah.

Masalahnya, tidak semua guru mendapatkan pembekalan tentang reinforcement yang di dalamnya terdapat bagaimana cara memberikan reward dan punishment kepada siswa.

Dan sayangnya hal tersebut seakan dianggap tidak penting bagi guru. Guru hanya dibekali dengan bagaimana masuk kelas sesuai dengan jam pelajarannya, membuat instrument pendidikan, dan lain sebagainya.

Hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi pemegang kebijakan pendidikan bangsa ini, dengan memberikan pembekalan kepada guru-guru untuk bagaimana membuat guru kembali disegani dengan tanpa melalui cara kekerasan.

Dan juga membuat masyarakat kembali faham bagaimana posisi seorang guru yang dahulu disebut "orangtua di sekolah".

Sehingga terjadi hubungan timbal balik yang baik antara guru, siswa, dan orangtua. Semoga. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved