Tiga Tahun Tak Ketemu, Empat Dara Cantik ini Ngabuburit Bareng

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ramadan, ternyata juga menjadi momen yang cukup sering dimanfaatkan untuk berkumpul bersama teman. Silaturahim kepada karib kerabatpun, bisa dipererat.

Umumnya, waktu menjelang berbuka jadi waktu favorit untuk satu hal ini. Berbincang - bincang sambil menunggu waktu berbuka, atau yang biasa dikenal dengan istilah ngabuburit, kerap dilakukan.

Hal ini pula yang dilakukan Ligita Cahyani (14). Ia memanfaatkan momen Ramadan untuk menyambung silaturahim sekaligus reuni bersama teman-teman sekolah (SD) nya, sambil ngabuburit, di satu kafe yang terletak di bilangan Saigon, Pontianak Timur, Selasa (21/06/2016) petang.

Gadis yang bercita - cita menjadi perawat ini menuturkan, momen Ramadan terasa spesial untuk reunian bersama temannya. Selain karena semangat Ramadan, ngabuburit ini juga seakan telah menjadi kenangan yang terukir bertahun-tahun lamanya.

Tiap kali Ramadan tiba, kerinduan untuk berkumpul, ngabuburit bersama teman-temannya disebutnya hadir kembali. Ia laku mengajak teman-temannya semasa bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 21 Pontianak Utara.

Gayung bersambut. Apa yang dirasakan Ligita Cahyani, turut dirasakan pula oleh sahabat-sahabatnya. Ramadan tak hanya mendatangkan berkah, namun ia juga menyuburkan kerinduan bagi sekumpulan sahabat untuk berkumpul kembali sekedar bertatap wajah, bercakap-cakap dan melepas kerinduan.

Maka sore itu, berkumpullah mereka yang bersatu dalam ikatan persahabatan. Duduk di satu meja yang sama, Ligita Cahyani, Ros Casevera (15), Mewilanda (13) dan Putri Ananda (14) bercengkrama melepas rindu sembari menunggu tibanya senandung azan pertanda waktu berbuka tiba.

“Kami udah tiga tahun ndak ketemu. Jadi sekalian reunian. Dulu kami memang biasa seperti ini (ngabuburit bersama) tiap kali Ramadan. Tapi karena kesibukan, dalam tiga tahun ini, baru ini bisa ketemu lagi,” ujar Ligita Cahyani.

Ia menambahkan, dirinya dan teman-temannya itu, juga merencanakan salat tarawih berjamaan bersama, usai acara buka puasa bersama itu. Hal inipun juga disebutnya sebagai ‘napak tilas’ kisah keakraban mereka, yang telah terbangun bahkan sejak masih anak-anak dahulu.

Beberapa potong makanan telah siap tersaji rapi di meja. Bulir-bulir kesegaran yang hadir dari minuman es berupa jus dan minuman lainnya, tampak pula menggoda di atas meja ukuran sekitar 60x60 cm itu. Teronggok minuman segar itu seakan tak diperdulikan sang empunya, lantaran sang empunya tenggelam dalam perbincangan hangat.

Suasana yang sama tampak pula di sudut lain kafe kala itu. Orang-orang asik berbincang-bincang sambil menunggu kumandang azan, yang sekaligus jadi pertanda bolehnya makanan dan minuman segar itu disantap.

Suasana tiba-tiba berubah manakala kumandang azan telah diperdengarkan. Makanan yang tadinya seakan teronggok, dinikmati lahap pemiliknya.

Begitupun air minum segar nan menggoda tadi. Diseruput dalam-dalam. Beberapa bahkan tak sungkan menunjukkan ekspresi kesegaran yang lebih dekat pada ekspresi lega karena menuntaskan dahaganya.

Perbincangan yang tadinya hangat, kini semakin mencair karena diselingi aktivitas makan. Namun satu yang tak hilang, suasana keakraban tampak kian terlihat. Wajah-wajah yang penuh senyuman, sesekali diselingi canda tawa, seakan membenarkan hal itu.

Pada momen ini, makanan tak sekedar jadi pengganjal perut yang lapar. Minuman tak hanya pemuas dahaga. Lebih dari itu, keberadaannya seakan melengkapi suka cita dari silaturahim yang dibangun dalam satu meja. Ramadan mendatangkan berkah. Waktu berbukanya menjadi jalan bagi eratnya silaturahim.