Warga Ditembak, Masyarakat Papua Desak Presiden Jokowi Minta Maaf
Koalisi Masyarakat Sipil Papua, Dewan Adat Daerah Paniai, Sinode Kingmi Papua mengeluarkan pernyataan terkait penembakan masyarakat sipil di Enarotali
Penulis: Stefanus Akim | Editor: Galih Nofrio Nanda
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Koalisi Masyarakat Sipil Papua, Dewan Adat Daerah Paniai, Sinode Kingmi Papua mengeluarkan pernyataan terkait penembakan masyarakat sipil di Enarotali, 8 Desember 2014.
Dalam pernyataan pers tertanggal 9 Desember 2014 yang ditandatangani Jhon NR Gobay (Ketua Dewan Adat Daerah Paniai), Victor Mambor (Koordinator Koalisi), serta Pdt Dr Benny Giay (Ketua Sinode KINGMI Papua), disebutkan antara lain meminta agar Presiden Joko Widodo meminta maaf kepada keluarga korban, Masyarakat Adat Paniai, dan Masyarakat Papua seluruhnya.
BACA JUGA: Menkopolhukam: Bentrokan di Paniai Papua Dituntaskan Secara Adat
Selain itu meminta Komnas HAM segera membentuk Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM guna mengusut tuntas perkara dugaan pembunuhan kilat di Enarotali. Kapolda dan Pangdam membayar ganti rugi sesuai tuntutan Dewan Adat Daerah Paniai. Kapolda dan Pangdam memulihkan keamanan dan kenyamanan. Serta, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten Paniai memberikan perawatan medis dan psikologis kepada semua korban hingga pulih.
Dalam pernyataan itu disebutkan, pukul 01.30 pagi WIT ada tiga pemuda yang menjaga pondok natal di Kampung Ipakiye,
Distrik Paniai Timur, berteriak ke arah satu mobil Fortuner hitam untuk menyalakan lampu. Mobil ini dikendarai dua orang anggota Timsus Batalyon 753 Arga Vira Tama (AVT) Nabire, menuju Pos Timsus Uwibutu.
Sesudah sampai di Pos Timsus, mobil kembali ke Pondok Natal tak lama kemudian, dengan beberapa anggota lainnya dan mulai menembak ke udara mencari tiga pemuda yang tadi berteriak ke arah mobil. Dua pemuda sudah pergi dan tinggal Henok Yeimo
(SMAN I Enarotali) yang kemudian dipukuli hingga babak belur dan pingsan.
Dikatakan, korban kemudian dibawa keluarga ke RSUD Madi.
Pukul 09.00 pagi, mendengar berita jatuhnya korban, masyarakat Desa Ipakiye dan Madi melakukan pemalangan jalan utama di Ipakiye. Pemalangan ini mengakibatkan sejumlah anggota Timsus datang dengan menggunakan mobil fortuner hitam yang diduga digunakan malamnya saat memukul Henok Yeimo.
Warga yang melakukan pemalangan kemudian menahan mobil tersebut, dan melakukan perusakan. Aparat juga membalas dengan melakukan penembakan, dan juga merusak pondok natal, disertai beberapa kali tembakan.
Mendengar bunyi tembakan, masyarakat mulai waita (tarian adat) dan turun ke lapangan Karel Gobay di Enarotali guna meminta keterangan ke Koramil dan Polsek Paniai Timur, terkait pelakukan dua orang Timsus yang malam harinya melakukan pemikulan terhadap Henok Yeimo. Tetapi tak lama kemudian, masyarakat justru dikepung aparat keamanan gabungan TNI dan Polri, dan kemudian terdengar tembakan beruntun.
Disebutkan ada empat orang jatuh korban tepat di lapangan Karel Gobay. Keempat korban antara lain Alpius Youw, berusia 17 tahun, SMA YPPK di Enarotali. Yulian Yeimo, 17 tahun, SMA YPPGI di Enarotali. Simon Degei, 18 tahun, SMAN Paniai Timur di Enarotali. Serta, Alpius Gobai, 17 tahun, SMAN Paniai Timur di Enarotali,
Sedangkan yang meninggal di RSUD Madi adalah Abia Gobai, 28 tahun, petani dari Enarotali. Dua orang terluka berat dan dalam keadaan kritis di RSUD Madi adalah Yulian Tobay, 30 tahun, Satpam RSUD dan Andreas Dogopia, 28 tahun, PNS.
Disebutkan, sekurang-kurangnya 17 orang lain luka-luka. Sesudah itu masyarakat berkumpul di lapangan Karel Gobay dengan memasang tenda kedukaan, dengan membaringkan empat jenazah; sedangkan jenazah yang meninggal di rumah sakit dibawa pulang oleh keluarga.