Mardiyah: 80 Persen Gizi Buruk di Kota Pontianak Karena Faktor Pola Makan dan Ekonomi

Mardiyah: 80 Persen Gizi Buruk di Kota Pontianak Karena Faktor Pola Makan dan Ekonomi

Penulis: Syahroni | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ SYAHRONI
Wasliah tengah menggendong bayinya yang terkena gizi buruk dan sudah 21 hari dirawat pada Pusat Pemulihan Gizi Buruk Pemkot Pontianak, Senin (25/3/2019). 

Mardiyah: 80 Persen Gizi Buruk di Kota Pontianak Karena Faktor Pola Makan dan Ekonomi 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pusat Pemulihan Gizi Buruk milik Pemerintah Kota Pontianak pada tahun 2019 ini telah mencatat 10 anak mengalami gizi buruk.

Dokter Umum Pusat Pemulihan Gizi Buruk, dr Mardiyah menjelaskan 10 orang tersebut dilakukan rawat inap dengan lama yang bervariasi.

Dari 10 anak gizi buruk 2019, lima orang masih dirawat bahkan ada telah 22 hari menginap di Pusat Pemulihan Gizi yang terletak di Puskesmas Saigon, Pontianak Timur.

"Awal tahun ini sudah 10 anak di Pontianak yang menderita gizi buruk," ucap Mardiyah saat diwawancarai, Senin (25/3/2019).

Baca: Aryana: Bawaslu Kekurangan 706 Pengawas TPS se Kalbar

Baca: TRIBUN WIKI: Warkop Xenonx, Tempat Ngopi dan Tongkrongan Warga Sanggau

Mereka yang gizi buruk manyoritas tak mengakses Posyandu sehingga anaknya tak terkontrol.

Mardiyah menjelaskan dari 10 orang tersebut tersebar disemua kecamatan se Kota Pontianak.

Ia memaparkan bahwa TFC adalah khusus untuk anak Gizi buruk, pemberian pola gizi makanan yang diatur, tidak ada menggunaka infus, tim medis hanya melakukan pengontrolan pola makan.

"Kita  fokus pada pemberian pola makan,  awal datang pemberian makan pada tahap stabilisasi, yaitu pemberian F75, selama 3 jam. Setelah keadaannya membaik kita berikan formula F100. Setiap hari, akan kita lihat kenaikan berat badan dan infeksi lainnya, biasanya anak gizi buruk akan ada infeksi lain yang menyertai," jelas Mardiyah.

Baca: Idap Gizi Buruk, Balita Siantan Umur 34 Bulan Sempat Tak Mampu Berjalan

Berdasarkan data perawatan yang  yang dilakukan oleh TFC, sepanjang 2018 lalu ada 30 anak di Kota Pontianak mengalami gizi buruk dan awal tahun 2019 sudah mencapai angka 10. Ia berharap angka ini tak lagi bertambah.

"Hal ini bukan merupakan wabah,  karena rata-rata harus discreening melalui posyandu ada juga warga  yang tidak pernah mengakses posyandu. Biasanya yang gizi kurang sebelum menjadi gizi buruk akan ditangani terlebih dahulu agar tidak menjadi gizi buruk," ucapnya.

Mereka yang mengalami gizi kurang  hanya dilakukan  rawat jalan dan  akan dipantau agar tidak menjadi gizi buruk. Dokter Mardiyah menegaskan mereka yang mengalami gizi kurang jika tak cepat ditangani akan  akan menjadi gizi buruk.

Dari penanganan melalui terapi makanan dan juga berkoordinasi dengan dokter spesialis anak yang di tugaskan di Puskesmas. 

Tindak lanjutnya setelah dari TFC akan dilakukan oleh petugas gizi dari Puskesmas masing-masing supaya tidak menjadi gizi buruk.

"Gizi buruk bisa terjadi karena pola makan, pola asuh dan ekonomi serta penyakit penyerta.
Hampir 80 persen karena pola makan dan ekonomi," ujar Dokter Mardiyah yang merupakan dokter umum di Puskesmas Parit Mayor.

Pelayanan yang diberikan pada penderita gizi buruk adalah gratis dan tidak dipungut biaya.

"Pelayanan diberikan gratis, tidak dipungut biaya. Tenaga medis disini ada satu dokter umum, satu dokter anak,  petugas  gizi  empat,  lima perawat dan tiga petugas lab yang saling keterkaitan menangani anak-anak gizi buruk ini," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved