Bahasan Sebut Dilema Penyediaan Alat Kontrasepsi Cegah HIV-AIDS, Sama Dengan Melegalkan Prostitusi
Dalam penanganan pencegahan HIV-AIDS, Bahasan menegaskan ada dilema sebetulnya didalam batinnya.
Penulis: Syahroni | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan saat ini juga menjabat sebagai Ketua Harian Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Kota Pontianak.
Ia mendapat laporan dari sekretaris dan anggota KPA bahwa, HIV-AIDS di Kota Pontianak dapat menjangkit siapa saja dan data yang ada menunjukan bahwa ibu rumah tangga dan lelaki seks dengn lelaki menjadi penyumbang terbesar terhadap angka temuan sepanjang 2018.
Baca: Sosialisasi Perubahan Jalur Masuk Perguruan Tinggi Negeri, Inilah Tanggapan Guru Nanga Pinoh
Baca: BREAKING NEWS - Kebakaran Hanguskan 2 Warung Makan Pasar Kapuas Indah, Diduga Akibat Gas 3 Kg Bocor
Baca: Anggaran Terbatas, Upah Honorer di Kayong Utara Belum Capai UMK
"Saya mendapat laporan selama ini program-program atau temuan-temuan bahkan ada yang di sampaikan juga data pertahun memang ada penurunan, 2017 ada sekitar 140 dan 2018 ,105 temuan," ucap Bahasan saat diwawancarai diruang kerjanya, Kamis (10/1/2019).
Dalam penanganan pencegahan HIV-AIDS, Bahasan menegaskan ada dilema sebetulnya didalam batinnya.
Ia menceritakan dan mencontohkan ada hal yang bertentangan sebetulnya, seperti menyiapkan alat kontrasepsi di titik-titik tertentu atau tempat-tempat pekerja seks komersial, kemudian tempat-tempat kebugaran atau di hotel-hotel yang ada di Pontianak.
"Dilemanya, kadang pemberian kondom ini upaya pencegahan, tapi seolah-olah kita melegalkan prostitusi atau penggunaan narkoba disediakan jarum suntik," tambahnya
Sekarang penularan HIV-AIDS AIDS dari segala arah, termasuklah dalam keluarga yang sebelumnya mereka aman aman saja.
Bahasan mencontohkan, penyediaan jarum suntik di kawasan Beting sebetulnya ada dilema tersendiri. Sisi lainnya mencegah HIV-AIDS dan sisi lain seolah pemerintah mendukung penggunaan narkoba.
Selain para PSK dan pengguna narkoba, Bahasan ceritakan banyak anak-anak yang terlantar atau anak jalanan yang menyebut diri mereka anak PUNK juga banyak tertular HIV-AIDS.
"Anak PUNK ini, katanya mereka pecandu narkoba. Terus karena untuk membeli narkoba sulitsecara keuangan tidak ada, akhirnya mereka datang ke Beting untuk menukar badannya (hubungan seksual)dengan sabu tersebut. Jadi dari situ juga ada penularan ke yang lain,"tambahnya.
Bahasan meminta pada KPA Kota Pontianak untuk melakukan program tepat sasaran, dengan memberikan sosialisasi.
"Walaupun dengan keterbatasan yang ada, harus ada cara memformulasikan ini. Walaupun harus berkerja sekuat tenaga untuk mensosialisasikannya sampai ke keluarga-keluarga,"pungkasnya.