Stigma 'Darah Kotor', Apakah Berbahaya?
Lanjutnya, masyarakat beranggapan bahwa darah kotor akan menimbulkan bisul, jerawat, kulit kemerahan, dan sebagainya.
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak Maudy Asri Gita Utami
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Istilah darah kotor yang tersebar di masyarakat ternyata tidak dikenali oleh dunia kedokteran.
Namun, dokter bisa mengenali istilah darah kotor yang kini bahasanya banyak beredar di masyarakat awam.
Mitos-mitos dengan istilah darah kotor tentu perlu diluruskan bagi masyarakat, apalagi istilah tersebut sering dibicarakan bagi kaum-kaum wanita yang tidak mengerti apa sih maksud dari darah kotor tersebut.
Baca: Karateka Cilik, Torehkan Prestasi Nasional Yang Membanggakan
Baca: Kamus Tiga Bahasa Jadi Cara Nisa Kembangkan Bahasa dan Kesusastraan
Baca: Jadwal SNMPTN 2019 - Ini Syarat Sekolah dan Siswa untuk Bisa Ikut Pendaftaran SNMPTN 2019
Dokter spesialis kandungan, dr. Kadek Reanita Avilia menjelaskan bahwa tidak ada namanya darah kotor, dan sebenarnya itu hanya anggapan sebagian orang awan, terangnya.
Lanjutnya, masyarakat beranggapan bahwa darah kotor akan menimbulkan bisul, jerawat, kulit kemerahan, dan sebagainya.
Persepsi ini semakin diperkuat oleh iklan produk obat tradisional di televisi. Padahal, dalam dunia kedokteran, darah tidak ada yang kotor.
Semua darah bersih dan dapat digunakan dengan baik.
"Memang, ada darah yang mengandung banyak CO2 (karbon dioksida, hasil dari metabolisme tubuh) dan sedikit O2 (oksigen), biasanya darah yang berada dalam pembuluh darah balik. Dalam dunia medis, darah ini harus melalui proses pembersihan sebelum digunakan untuk metabolisme kembali," ujarnya.
Untuk itu, masyarakat harus mengubah sudut pandang tentang pengertian darah kotor yang sering disalah artikan dalam dunia kesehatan, tuturnya.
Yuk Follow Akun Instagram tribunpontianak: