Cerita Ayah Korban Penembakan Paniai di Kantor Amnesty Internasional, Tawaran Rp 4 Miliar
orangtua Alpius Gobai, tampak mengusap kedua matanya ketika dirinya menceritakan bagaimana pengusutan kasus penembakan di Paniai, Papua, tak kunjung
Kesedihan Keluarga Korban Penembakan Paniai Saat Bercerita di Kantor Amnesty Internasional
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, JAKARTA - Obet Gobai, orangtua Alpius Gobai, tampak mengusap kedua matanya ketika dirinya menceritakan bagaimana pengusutan kasus penembakan di Paniai, Papua, tak kunjung selesai padahal sudah empat tahun berlalu.
Alpius Gobai, seperti diketahui, menjadi satu dari tiga korban meninggal pada peristiwa 8 Desember 2014 itu.
Dibantu penerjemahnya Yones Douw yang merupakan aktivis HAM di Papua, Obet menceritakan langkah yang telah diambil dan yang akan direncanakannya.
Semenjak anaknya meninggal, Gobet mengatakan hidupnya sangat menderita.
Baca: Nama-nama 74 Wanita Cantik di Miss Supranational 2018, Jadwal Grand Final & Link Live Streaming
Baca: LIVE STREAMING Miss Supranational 2018 Langsung dari Polandia Malam Ini, Wilda Wakili Indonesia
"Alpius adalah anak laki-laki saya satu-satunya, jadi saya punya kebun dan ladang, nanti siapa yang harus saya kasih nanti kalau bukan dia?," ujarnya di kantor Amnesty Internasional, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (7/12/2018)
Dirinya juga menceritakan bagiamana uang Rp 4 miliar yang ditawarkan pemerintah ditolaknya.
"Saya bisa saja menerima Rp 4 miliar dari pemerintah, tapi itu tidak bisa mengembalikan anak saya. Kalau yang mati sapi, kambing, saya bisa kasih ganti, saya cari ke pasar," katanya.
Matanya tampak basah, tapi Obet tetap melanjutkan ceritanya sambil sesekali mengusap air matanya menggunakan tisu.
Baca: Fadli Zon Ciptakan Lirik Lagu Tangan Besi Berbunyi Topeng mu Kian Terbuka hingga Memperalat Aparat
Baca: Terakhir Terlihat Hari Rabu Pamit Cas Hp, 3 Hari Kemudian Abas Ditemukan Tidak Bernyawa di Pondoknya
"Sapi dan kambing ada di pasar, tapi manusia tidak ada di pasar. Rasanya saya yang ingin mengganti posisinya (Alpius Gobai)," ujar Obet.
Adapun dirinya masih menunggu pemerintah mengusut tuntas kasus penembakan Paniai ini.
"Jika tidak ada kejelasan, maka kami akan bawa ini ke PBB, ke ranah internasional, semoga bisa diselesaikan," kata Obet.
Seperti diketahui, kasus penembakan di Kabupaten Paniai, terjadi pada awal-awal pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
Menurut sumber yang diterima dari Amnesty International, kasus penembakan Paniai ini berawal mula atas protes warga terhadap penganiayaan anak oleh oknum militer menggunakan popor senjata api laras panjang.
Warga yang protes atas kasus tersebut pada Senin pagi (8/12/2014) di Lapangan Karel Gobai, membuat sejumlah personel polisi dan tentara menindak tegas dan melepaskan tembakan ke kerumunan.