Citizen Reporter
Jeritan Dari Belantara Sawit
Di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa pemanfaatan air Nira untuk Gula Merah sudah dilakukan dan di Kalimantan Barat melalui PT.
Penulis: Ishak | Editor: Dhita Mutiasari
Citizen Reporter
Sumarlin ZBU
Mahasiswa Pascasarjana FEB Untan Pontianak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Industri perkebunan kelapa sawit jadi satu di antara sektor yang tumbuh pesat di Indonesia, tak terkecuali di Kalbar.
Hanya saja, keberadaan sawit sendiri sering menjadi satu yang diperbincangkan terkair dampak positif dan negatifnya.
Termasuk di antaranya adalah sumbangsih sawit terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peran pemerintah di dalamnya.
Baca: Harga Anjlok, Petani Sawit di Landak Harap Pemerintah Ambil Sikap
Baca: Naik 5 Persen, Ekspor Minyak Sawit Indonesia Oktober 3,35 Juta Ton
Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura PontianaK, Sumarlin, mencoba mangangkat beberapa perspektif itu lewat tulisan yang diterima www.tribunpontianak.co.id, Rabu (04/12/2018). Berikut tulisannya :
"Kelapa Sawit, tanaman yang sangat tidak asing di Kalimantan Barat, jika kita menelesuri historinya, Pohon Kelapa Sawit bukanlah tanaman asli Indonesia. Tumbuhan ini didatangkan dari Negara Brazil, Amerika Selatan. Kehadiran kelapa sawit di Indonesia pertama kali sejak zaman Belanda. ketika Indonesia merdeka. Perkebunan kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) diimpor Indonesia (Hindia Belanda) dari Mauritius atau Reunion, Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor (Lubis:1992, Van Heurn 1984). Tapi sekarang lebih dipercaya bahwa sawit berasal dari Amerika Selatan karena benua itu sangat kaya akan jenis sawit.
Awal tanaman Kelapa Sawit masuk di Kalimantan Barat. dirintis oleh Gubernur Kadarusno (mantan Gubernur Kalimantan Barat) pada tahun 1970an melalui Perusahaan milik Negara yakni. PT. Perkebunan Nusantara.
Keberhasilan PTPN dalam mengembangkan komoditi ini membuat investor swasta lainnya tertarik untuk ikut berkecimpung dalam bisnis ini.
Perusahaan besar dalam dan luar negeri berlomba melakukan expansi guna memperoleh lahan, sebut saja Sinar Mas Group yang beroperasi diwilayah Kapuas Hulu dan Ketapang, Group Indofood dan Salim Group yang beroperasi di Sanggau, Wilmar Group yang menguasai wilayah Landak dan sebagian Sambas dan Kubu Raya, Duta Palma Group yang berkuasa di Bengkayang dan sebagian Sambas, dan beberapa perusahaan kenamaan lainnya seperti Ganda Prima, LG, Miwon, Djarum, Cargil dan beberapa perusahaan lokal lainnya.
Tingginya Permintaan dunia terhadap CPO membuat para pelaku bisns ini sumringah, masyarakat disekitar areal perkebunan terkena dampak, kewajiban perusahaan membangun kebun untuk masyarakat minimal 20% yang dikenal dengan Kebun Plasma ikut mengangkat derajat mereka, pundi-pundi rupiah setiap bulan mengalir ke kocek, mesin ekonomi bergerak cepat, seiring dengan itu infrastruktur dibangun membuka jalur-jalur keterisolasian.
Selang 30 Tahun berlalu sejak masuk di Kalimantan Barat tahun 1970an silam, tanaman sawit yang berdiri kokoh, menghasilkan buah segar, memberi kehidupan kepada pemiliknya, kini telah memasuki usia uzur, ibarat manusia telah renta, tak berdaya dan lemah maka si batang tua inipun sudah tidak segagah dulu dikala usia mudanya.
Asupan pupuk yang ditebar tidak lagi mampu menggerakan jaringan tubuhnya untuk menghasilkan buah, pemilik tidak lagi sumringah menatapnya, terbeban oleh pengeluaran yang lebih besar dari apa yang dihasilkannya.
Berdasarkan data terakhir, Di Kalimantan Barat terdapat ± 1.500.000 Ha lahan perkebunan sawit, sampai dengan tahun 2017, terdapat ± 203.218 Ha kebun plasma yang sudah memasuki masa replanting, luasannya akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia tanam Kelapa Sawit lainnya.