Valuasi Gojek Kalahkan Garuda Indonesia, Bisnis Beralih dari Uang ke Big Data

Pengguna internet di Indonesia terus berkembang, Kemenkominfo merilis tahun 2017 pengguna internet sudah mencapai 143,26 juta

Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Madrosid
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
CEO GoJek Nadiem Makarim memberikan sambutan dalam acara konferensi pers kerjasama GoJek dan Pemkab Banyuwangi di Jakarta, Rabu (15/11/2017). GoJek dan Pemkab Banyuwangi bekerjasama untuk memperkuat sektor kesehatan, UMKM dan layanan transportasi. 

Laporan Wartawati Tribun Pontianak, Maskartini
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengguna internet di Indonesia terus berkembang, Kemenkominfo merilis tahun 2017 pengguna internet sudah mencapai 143,26 juta melebihi penduduk negara tetangga.

Staf Ahli Menkominfo Bidang Hukum, Hendri Subiakto mengatakan perkembangan dunia digital memberi perubahan kultur sehingga harus dilihat sebagai peluang bagi generasi muda untuk merintis startup.

"Internet telah menjadi bagian kehidupan. Tahun 2018 diprediksi pengguna internet bisa melebihi 150 juta atau mendekati 160 juta. Jika nanti pembangunan instratruktur yang dibangun oleh Presiden Jokowi dalam menyatukan pulau-pulau otomatis pengguna internet semakin tinggi," ujarnya baru-baru ini di Pontianak.

Baca: Hoax Penculikan Anak, Kapolda Kalbar Imbau Masyarakat Lakukan Final Cek Sebelum Sebarkan Informasi 

Kedepan kata Hendri akses internet tidak hanya dikota-kota besar, tetapi masuk ke daerah terpencil. Perubahan teknologi memunculkan berubahnya model bisnis dan hilangnya profesi-profesi tertentu, termasuk suatu saat nanti orang akan tergantikan oleh mesin.

"Indonesia boleh bangga karena sudah ada pemanfaatkan ekonomi digital yang cukup baik, sebagai contoh Gojek. Dimana nilai Valuasi Gojek sudah mencapai Rp138 triliun dan sudah melebihi Garuda Indonesia karena Gojek sudah menggunakan teknologi yang sudah di download 53 juta," ungkapnya.

Industrial Revolution 4.0 adalah revolusi dimana adanya AI, Smart Sensors, 3D Printing, Big Data, Augmented Reality, dll yang merubah kultur masyarakat. Di era sekarang kata Hendri teknologi mencatat semuanya yang dikenal Big Data yang menjadi kekuatan di industri digital.

Technical Connectivity and Social Connectivity, orang-orang saling terkoneksi lewat dunia maya dan juga saling terkoneksi secara ekonomi (Economy Sharing). Karena perubahan itu memunculkan disrupsi atau berubah atau hilangnya profesi-profesi yang digantikan oleh mesin AI.

Contohnya PLN menggunakan teknologi Internet of Things (IOT) dimana tagihan bisa dibayar lewat smartphone. "Bisa juga berbelanja dengan membayar lewat smartphone yang mengakibatkan berkurangnya kasir-kasir, bisa belajar lewat e-learning, tidak repot-repot harus ke kota besar dan belajar langsung ke orang-orang berpendidikan di kota-kota besar," ungkapnya.

Model bisnis mengumpulkan Big Data membuat Gojek disuntik oleh berbagai perusahaan besar. Hendri berharap para pemuda dapat menjadi bagian dari banyaknya fitur layanan Gojek. Setelah menendang Uber, bahkan sekarang Gojek merambah ke Vietnam.

Hal tersebut karena kekuatan Big Data yang merupakan sebuah fenomena baru. Fakta menunjukkan Big Data mampu menjadi sebuah bisnis baru yang mampu mengalahkan bisnis lama sebagai contoh google dan facebook. Keduanya menjadi perusahaan media terbesar di dunia tanpa membuat konten maupun berita, karena yang mengisi konten adalah masyarakat.

Itu semua sama halnya dengan Gojek yang kini menjadi perusahaan taksi terbesar yang tidak memiliki armada.
Bisnis kata Hendri sedang bergeser dari uang ke data. Dimana era ekonomi digital yang diperlukan kalangan kapitalis, adalah bagaimana menguasai data konsumen, pola perilaku mereka, dan pengulangan-pengulangan mereka saat komunikasi.

Di era Big Data ini, bank tidak lagi menjadi tulang punggung bisnis digital karena transaksi telah berpindah secara digital di akun virtual.

Hanya bank yang berteknologi digital yang akan tetap eksis di era disrupsi. Wall Street yang menjadi pusat keuangan dunia telah berpindah ke Silicon Walley dimana tempat-tempat startup berkembang.

"Perkembangan teknologi berubah luar biasa dan anda yang berminat ke arah digital berada di jalan yang benar. Tetapi tidak mudah karena ada Blue Ocean Strategy yang artinya dia tidak punya saingan karena dia yang pertama kali menciptakan. Jika tidak bisa membuat startup maka mulailah kolaborasi," ajaknya.

Tantangan dimasa depan dimana banyak pekerjaan yang hilang sehingga membutuhkan kemampuan dan kreativitas. Hendri mengajak anak bangsa mengembangkan hal-hal yang tidak bisa dilakukan mesin, seperti soft skill, imajinasi dan kreativitas, wisdom, culture, etika dan moral, nilai kemanusiaan dan ajaran agama, kolaborasi dan team work.

Ekonomi digital Indonesia terus meningkat sehingga pemerintah mulai mencoba mendorong pertumbuhan startup lokal, harus berniat, semangat, berani dan kreatif. Kita harus bersyukur bila ada masalah karena itulah peluang atau kesempatan bagi generasi muda. Mencari solusi, kolaborasi, berbagi ide, gotong royong agar dapat menemukan strategi solusinya," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved