Tingkat Konsumsi Daging-Telur Ayam Masih Rendah Di Indonesia
Namun, tantangan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat terhadap daging ayam dan telur ayam masih jadi perhatian serius.
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengklaim Indonesia telah mencapai swasembada protein. Hal ini ditandai dengan ekspor perdana produk daging ayam olahan dan pakan ternak ke tiga negara yakni Jepang, Timor Leste dan Papua Nugini beberapa waktu lalu.
Namun, tantangan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat terhadap daging ayam dan telur ayam masih jadi perhatian serius.
Pasalnya, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia masih rendah dan harus terus dioptimalkan oleh semua pihak.
Baca: Dapat Piagam Penghargaan, Kapolres: Sebagai Bentuk Apresiasi Kepada Seluruh Elemen Masyarakat
Baca: Wah! Fun Bike Berhadiah Mobil Meriahkan HUT 3 Tahun Lantamal XII Pontianak
Vice Presidenty Feed Tech PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Tbk, Dokter Hewan (drh) Desianto B Utomo MSc PhD mengatakan tingkat konsumsi daging ayam dan telur ayam masyarakat Indonesia masih rendah bila dibandingkan negara tetangga Malaysia.
“Kita (Indonesia_red) untuk tingkat konsumsi daging ayam broiler hanya sekitar 12,5 Kilogram (Kg) per kapita per tahun. Malaysia sudah 40 Kg per kapita per tahun. Konsumsi telur kita (Indonesia_red) baru 125 butir per kapita per tahun. Malaysia sudah 340 butir per kapita per tahun,” ungkapnya saat diwawancarai awak media di sela-sela kuliah umum di Gedung Rektorat Universitas Tanjungpura Pontianak, Rabu (11/7/2018) siang.
Mantan Peneliti di Institute of Animal Physiology and Genetics Research Edinburgh itu menegaskan upaya peningkatan konsumsi daging ayam dan telur ayam harus jadi upaya semua pihak secara massif, terstruktur dan terpadu.
“Kampanye gizi dan edukasi kepada masyarakat harus digencarkan. Daging ayam dan telur ayam sumber protein hewani. Jika dilihat perbandingan harga per gram protein antara daging ayam dan telur ayam terhadap daging sapi, susu, domba, kambing, ikan dan lainnya. Maka daging ayam dan telur ayam itu lebih murah harganya per kilogram protein. Kemudian mudah didapat dan diolah,” jelasnya.
Jumlah penduduk yang banyak plus kemampuan daya beli tinggi, namun tingkat konsumsi rendah tentunya tidak bisa dianggap remeh. Konsumsi daging ayam dan telur ayam seyogyanya menjadi satu diantara pemenuhan kebutuhan protein bagi kesehatan. Otomatis, muaranya adalah peningkatan kualitas manusia sebagai imbas dari tercukupnya konsumsi gizi.
“Ke depan, perlu advertising (iklan_red). Jangan hanya advertising rokok saja. Saya tidak setuju anggapan tingkat konsumsi daging ayam dan telur ayam rendah karena daya beli rendah. Menurut saya, edukasinya saja yang masih rendah,” imbuh Mantan Dosen Universitas Airlangga ini.
Tidak menutup kemungkinan, masih banyak rumah tangga-rumah tangga yang belum punya kesadaran gizi bagi keluarga. Edukasi gizi harus dilakukan secara kolektif ke masyarakat.
“Bila perlu di media sosial harus ada konten yang menunjukkan kelebihan makan daging ayam dan telur ayam. Karena saya akui persepsi selama ini negatif. Misalnya ayam suntik hormon dan sebagainya. Itu sebenarnya tidak benar dan tidak ada rekayasa genetik. Itu adalah black campaign atau kampanye hitam yang perlu dicounter melalui kampanye gizi,” paparnya.
Ia kembali menerangkan secara nasional swasembada daging ayam dan telur ayam mempunyai idle capacity atau kapasitas menganggur sebesar 65 persen. Swasembada memberi artian bahwa Indonesia memiliki kapasitas produksi guna pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan membuka keran aktivitas ekspor.
“Bahkan ada idle capacity seperti kebutuhan produksi anak ayam itu sekitar 15 juta per minggu. Stok ada 65 juta per minggu, sementara kebutuhan hanya 50 juta saja. Begitu juga idle capacity pakan ternak dari 92 pabrik se-Indonesia mencapai 24,5 juta ton. Naik bila dibandingkan tahun kemarin yang berada pada angka 18,5 juta ton,” timpalnya.
Sektor perunggasan di Indonesia, kata Desianto, punya prospek bagus jika dikembangkan secara serius pada masa-masa mendatang. Ia berharap banyak generasi Indonesia khususnya anak-anak muda yang tertarik untuk terjun dalam industri peternakan.