Sepanjang Tahun 2017 Ini, Rudenim Sudah Deportasi Hingga Ratusan WNA

Jumlah imigrasi saat ini per Desember 2017 berjumlah 166 orang, terdiri dari 9 pencari suaka, dan pengungsi 136 orang dan imigratoir 21 orang.

Penulis: Madrosid | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ MADROSID
Kegiatan detensi di Rudenim belajar bahasa inggris, Selasa (19/12/2017). Mereka menginginkan segera ditransfer untuk mendapat kebebasan. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Madrosid

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pontianak telah melakukan sejumlah deportasi dan pemulangan terhadap detensi sepanjang tahun 2017.

Jumlahnya, menjadi sangat berkurang, dari awalnya overload.

Terdata, jumlah imigrasi saat ini per Desember 2017 berjumlah 166 orang, terdiri dari 9 pencari suaka, dan pengungsi 136 orang dan imigratoir 21 orang.

Baca: Pernah Diterpa Gelombang Demonstrasi, Begini Ternyata Aktifitas di Rudenim Pontianak

Mayoritas dari mereka merupakan orang Afganistan, untuk mencari suaka dan mengungsi akibat konflik di negaranya.

Kepala Rudenim Pontianak, Agustianur, SH, MH, mengatakan fungsi dari Rudenim merupakan rumah singgah, sebelum para detensi ini sendiri di deportasi atau pemulangan. Selama tahun ini, sudah puluhan hingga ratusan orang dideportasi.

Baca: Sepanjang 2017, 38 WNA Ditindak Secara Hukum

"Makanya sekarang rudenim ini, agak kurang. Kalau dulu sampai over kapasitas. Tapi sekarang kita malah kekurangan. Dilema juga bagi kita sebenarnya, karena harus kembalikan kas negara," ucap Karudenim saat konferensi press terkait capaian akhir tahun 2017 Rumah Detensi Imigrasi Pontianak (Rudenim), bersama jajarannya serta dari Kemenkumham di Kantor Rudenim Jalan Adi Sucipto, Selasa (19/12/2017).

Menurutnya, semua yang berada di rudenim juga harus mendapatkan haknya.

Seperti halnya, detensi saat ini. Mereka menginginkan adanya kebebasan layaknya masyarakat biasa, bisa keluar, olah raga, belanja.

"Namun kalau di Rudenim ini tidak bisa kita lakukan seperti itu. Kecuali tinggal di community house. Biasanya itu dari pemerintah melalui IOM," ungkapnya.

Namun, di Rudenim sendiri, seluruh kelengkapan dan pemenuhan hidup detensi sudah ada. Dari makan, minum, tempat olah raga serta belajar juga ada.

"Yang tidak bisa ini, hanya keluar saja. Karena ini bukan community house. Jadi manusiawi mereka melakukan aksi demo beberapa waktu, karena hak asasi dari detensi pencari suaka asal Afganistan," terangnya.

Ia paparkan bahwa sepanjang aksinya tertib tidak ada masalah. Hanya saja, perlu menjadi perhatian dampak lingkungannya. Agar tidak sampai menganggu masyarakat sekitar.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved