Bahas Terorisme, BNPT Gandeng Stakeholder Lakukan Penguatan di Perbatasan Kalbar
Kalbar masih dalam kondisi yang tidak dikatakan rawan, tetapi kita tetap harus antisipasi.
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Wahidin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melaksanakan Rapat Monitoring Pelaksana Pengawasan Ancaman Terorisme di Wilayah Perbatasan Provinsi Kalimantan Barat di Hotel Golden Tulip, Kota Pontianak, Selasa (5/9/2017) siang.
Sebagai satu di antara daerah yang berbatasan langsung dengan negara tentang Malaysia, BNPT merasa perlu dilakukan penguatan terhadap penanggulangan teror di wilayah perbatasan dengan menggandeng stakeholder khususnya aparat penegak hukum.
"Kami berkoordinasi dengan stakeholder terutama aparat penegak hukum di antaranya adalah Bea Cukai, Imigrasi dan lainnya. Kalbar masih dalam kondisi yang tidak dikatakan rawan, tetapi kita tetap harus antisipasi," ujarnya Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Hamli.
(Baca: Pengawasan Paham Radikal dan Terorisme Harus Tersebar, Ini Paparan Anggota Dewan Sintang )
Selain itu, situasi global maupun regional akan memicu situasi di Indonesia. Perbatasan lain seperti di Sulawasi Utara, Maluku Utara juga sudah lebih dahulu dilakukan penguatan perbatasan. Oleh karena itu, Kalimantan Barat menjadi pilihan berikutnya.
"Bukan tidak mungkin orang-orang ini mencari tempat lain untuk dilalui, makanya Kalbar kita perkuat juga. Kita sosialisasikan bahwa pentingnya menjaga perbatasan. Apalagi kita tahu Marawi, Filipina belum selesai, ditambah ada lagi Myanmar," jelasnya.
Menurutnya situasi yang terjadi di regional biasanya akan berpengaruh kepada Indonesia. Oleh karena itu, antisipasi penguatan perbatasan dengan melakukan monitoring bersama aparat penegak hukum dirasakan cukup mampu mengantisipasi berbagai resiko.
Ia juga tidak memungkiri bahwa di beberapa daerah terdapat warga negara yang dicurigai bergabung dengan jaringan kelompok terorisme seperti ISIS. Pihaknya pun sudah melakukan pendalaman sejauh mana paham tersebut mengarah kepada teror.
"Ada beberapa orang yang kita curigai tapi belum ada gerakan. Namun kita dalami lagi sampai sejauh mana paham itu apakah mengarah kepada teror atau tidak. Oleh karena itu, daerah perbatasan yang berhubungan langsung dengan negara lain menjadi fokus kita," pungkasnya.