Setahun Abdikan Diri di Pulau Maya, Inilah Curhatan Guru SM3T

Ia yang di tempatkan di daerah Pulau Maya merasakan bagaimana perjuangan mengambil air bersih....

Penulis: Muhammad Fauzi | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUN PONTIANAK/MUHAMMAD FAUZI
Pemda gelar kegiatan pelepaaan Guru Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) yang selesai mengabdikan diri di Kabupaten Kayong Utara, Selasa (22/8/2017) 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak Muhammad Fauzi

TRIBUNPONTIANAK. CO. ID, KAYONG UTARA - Pemda Kayong Utara gelar kegiatan pelepasan Guru Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) di Gedung Balai Praja Kantor Bupati, Selasa (22/8/2017).

Total guru yang sempat 1 tahun mengabdikan diri menjadi pendidik di Kabupaten Kayong Utara ini berjumlah 47 orang guru yang sudah menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Satu diantara guru dari Padang yang mengajar di SMAN 1 Dusun Besar Kecamatan Pulau Maya Sesi Dela Avrila mengatakan banyak suka duka ketika mengajar di Kabupaten Kayong Utara.

Ia yang di tempatkan di daerah Pulau Maya merasakan bagaimana perjuangan mengambil air bersih, karena daerah kepulauan diakuinya memang kesulitan air bersih ditambah lagi saat kedatangan mereka beberapa waktu lalu memasuki musim kemarau.

(Baca: Lonjong Dorong Percepatan Pembangunan Jembatan Landak II )

"Disana awal datang (ke Dusun Besar) lagi musim kemarau, biasanya air dari gunung tapi waktu itu air tidak mengalir jadi kami harus mengangkut air pakai jerigen ke gunung," cerita Sesi Dela Avrila, Selasa (22/8/2017).

Dilanjutkannya, Daerah Pulau Maya sendiri ketersediaan listrik masih sangat terbatas karena pada siang hari listrik belum menyala, hanya pada malam hari.

Sementara anak-anak disana masih belum dapat mengoprasikan komputer, alias masih Gaptek sehingga memang hal ini perlu menjadi PR semua pihak.

"Lampu cuma malam hari saja menyala, anak-anak disana kasian sekali disana, mereka disana gaptek teknologi, tidak bisa belajar komputer, kasihan sekali, "tambahnya.

Untuk sarana dan prasarana diakuinya, khusus di Sekolah tempat ia mengajar di SMAN 1 Dusun Besar ialah minimnya alat-alat Laboratorium sehingga menyulitkan dirinya untuk mengajar, namun dirinya tidak habis akal, ia bersama-sama murid disana terpaksa harus memanfaatkan bahan-bahan dari alam sekitar agar kegiatan belajar mengajar tetap dapat berjalan.

"Kalau Sekolah itu yang kurang disana fasilitas untuk praktikum, Laboratoriumnya ada tapi isinya, alat-alatnya ngak ada, bahanya ngak ada, jadi siswa harus pakai bahan dari alam. kalau prestasi disana bagus, kemarin menang OSN,"ungkapnya.

Ia pun berharap kepada pemerintah harus lebih memberikan perhatian lebih kepada dunia pendidikan di daerah-daerah terpencil karena memang segala keterbatasan disana akan mempengaruhi tumbuh kembang peserta didik dalam menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru.

"Kalau untuk pendidikan disana saya rasa butuh perhatian yang besar dari pemerintah, apa lagi kesana transportasi susah, "harap Sesi Dela Avrila dari Padang ini. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved