Pemkab Sintang Tegaskan Kebun Lada di Perbatasan Bukan Diserang Virus
Perlu diluruskan, tidak ada virus yang menyerang lada masyarakat perbatasan. Itu karena jamur Phytophthora Capsici, bukan virus.
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG – Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang menampik informasi beredar terkait adanya ribuan batang tanaman lada milik masyarakat perbatasan terserang virus di Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Staf Teknis Bidang Pembenihan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sintang Joko memastikan penyebab ribuan batang tanaman lada mati adalah jamur.
“Perlu diluruskan, tidak ada virus yang menyerang lada masyarakat perbatasan. Itu karena jamur Phytophthora Capsici, bukan virus,” ungkapnya saat diwawancarai Tribun Pontianak, Kamis (15/6/2017) siang.
Jamur mengakibatkan pembusukan pada pangkal batang. Karena menyerang pangkal batang yang berada di bawah tanah, untuk mengidentifikasinya tidak mudah.
Baca: Pertama di Kalbar, Sintang Terapkan Sistem Pelayanan Informasi Kepegawaian Berbasis Online
Tanaman baru diketahui terserang penyakit ketika menunjukkan ciri-ciri seperti adanya bercak-bercak cokelat di tepi daun.
“Dia kan di bawah, tepatnya di pangkal batang. Nyerangnya langsung ke jaringan tumbuhan. Saya lihat apa yang terjadi di perbatasan Sintang ini seperti kejadian tahun 1987 di Singkawang dan Sambas,” terangnya.
Joko menambahkan jamur menyukai wilayah permukaan berkondisi lembab. Jika tingkat kelembaban kuat, bahkan tergenang air dalam hitungan hari saja tanaman lada yang sudah terinfeksi jamur akan mati.
“Lada lebih baik ditanam di daerah berkontur miring. Ini agar drainase air berjalan dengan baik. Kalau ditanam pada kondisi tanah datar dan resapan air kurang maksimal maka tanah akan lembab dan ini disukai oleh jamur. Petani harus siasati lahan datar dengan mengatur drainase air sedemikian rupa,” jelasnya.
Ke depan, perlu perbaikan sistem budidaya lada masyarakat perbatasan. Di saat membuka lahan untuk tanaman lada, Joko meminta para petani menekankan land clearing atau pembersihan lahan secara baik dan benar.
“Kemudian sebelum penanaman bibit-bibit lada, saya sarankan petani menaburkan jamur Trichoderma di lubang-lubang bibit. Trichorderma ini merupakan musuh alami jamur Phytophthora Capsici. Ini untuk menangkal dan melawannya,” imbuhnya.
Joko juga meminta para petani lakukan pemangkasan batang bawah tanaman lada sepanjang 30 sentimeter (cm). Faktanya, masih banyak petani membiarkan batang bawah tanaman menjuntai hingga ke tanah. Pemangkasan bertujuan agar cahaya matahari masuk ke batang lada dan kurangi tingkat kelembaban.
“Memang diakui batang bawah tanaman buahnya paling banyak. Petani sayang buahnya, tapi tidak sayang keseluruhan tanaman. Padahal pemangkasan untuk mengantisipasi berkembangnya jamur,” timpalnya.
Selain itu, perlu pembenahan jarak tanam antar batang lada satu dengan lainnya. Idealnya, jarak tanam adalah 2,5x2,5 meter. Namun, para petani lebih memilih menghemat jarak dan menanam dengan jarak berdekatan.
“Bibit juga bisa jadi penyebab penyebaran penyakit. Misalnya, ketika masyarakat punya bibit lada yang dirasa bagus. Masyarakat lainnya langsung ikut-ikutan, membawa dan menanam bibit yang sama itu ke lahannya. Tanpa diketahui apakah sudah terserang penyakit atau tidak. Terkadang bibit dan pupuk juga didapat dari Malaysia,” tukasnya.
