Longsor PETI di Bengkayang

PETI Berhenti Hanya saat Ada Razia

Menurut perempuan kelahiran di Bengkayang ini, kondisi PETI di sana sangat luar biasa

Penulis: Sahirul Hakim | Editor: Arief
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/HARYANTO
Ilustrasi 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Anggota DPRD Provinsi Kalbar periode 2014-2019 dapil Bengkayang dan Singkawang, Neneng, meminta Pemerintah Kabupaten Bengkayang agar, turun lapangan mencari solusi terbaik atas tewasnya delapan penambang dalam aktivitas PETI, di Dusun Taisan, Desa Goa Boma Kecamatan Montera, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

"Ikutkan pemberdayaan kepada masyarakat mengenai dampak PETI, sekaligus menciptakan lowongan kerja baru di sekitar tambang misalnya perternakan, perkebunan maupun sektor lainnya," ujar Neneng kepada Tribunpontianak.co.id, Sabtu (17/1/2015) pukul 08.47 WIB.

Menurut perempuan kelahiran di Bengkayang ini, kondisi PETI di sana sangat luar biasa. Aktivitas PETI berhenti ketika ada razia saja dan sebagainya, setelah itu kembali marak melakukan tambang ilegal tersebut. "Jadi sangat perlu, kesadaran dari masyarakat dan memberhentikan PETI itu sendiri dengan segera," ucap anggota dewan dari Fraksi Partai Demokrat ini.

Dengan ini Neneng mengimbau, pihak kepolisian turun langsung di lapangan menindaklanjuti hal tersebut. Kepada pekerja PETI agar, tidak lagi menekuni pekerjaan tersebut, carilah dan beralih kepada pekerjaan lain yang legal dan tidak terlalu beresiko.

"Nanti kita bersama kawan-kawan di legislatif khususnya, di Fraksi Demokrat turun lapangan. Serta akan membuat tim khusus untuk, mencari langkah terbaik menyikapi praktik PETI yang memakan korban ini," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved