Anak Pontianak Main Sepak Bola di Halaman Semen

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Bocah Kelas lima SD itu lincah menggocek bola. Dengan sedikit cungkilan, ia berhasil melewati satu pemain lalu tersungkur sebelum dapat memasuki jantung pertahanan lawan. Kulit tengkuknya lecet, darah segar keluar perlahan. 

Tertatih melangkah dan sedikit berjingkat, ia keluar lapangan, digantikan pemain lain yang sudah bersiap. Permainan sepak bola kembali berlanjut, bukan di lapangan hijau yang lembut, melainkan di 'lapangan' bersemen di halaman sebuah Ruko di Jl Veteran, yang sedang tutup, Senin (28/10/2013).

Bocah malang yang tersungkur tadi, Syahrul (10) berikut belasan teman-teman sebayanya, beberapa malam dalam sepekan, bermain sepak bola di halaman bersemen yang berpagar setinggi dada orang dewasa.

Karena lapangannya kecil, tiap tim berisi empat pemain dan tak mengenakan sepatu. Gawang mereka bikin hanya dengan meletakkan beberapa sandal jepit yang membentuk gundukan. Tak ada wasit. Semua pemain menjadi wasit untuk dirinya sendiri. Sportivitas mereka yang tentukan sendiri.

"Kalau maen futsal bayar. Maen di sini gratis," ucap Syahrul yang tinggal di Jl Veteran, Gg Syukur 2 atau tepat di depan Ruko berhalaman semen itu.

Memang, tak dapat ditampik, euforia sepak bola menembus batas usia. Mereka juga tak luput dari candu olahraga ini. Boleh jadi teramat menggebu-gebu, ketiadaan lapangan berumput memaksa mereka bermain di lapangan bersemen yang tentu, risiko terluka teramat mungkin dialami.

Cahaya lampu yang menyala di teras ruko, membuat lapangan sedikit terang. Apalagi jika ditambah dengan sinar lampu dari Penerang Jalan Umum (PJU), lapangan kian benderang. Namun, sejak beberapa bulan silam, PJU tak menyala saat mereka sedang bermain sepak bola.

"Mau maen dimane agik. Ndak ade lapangan rumput di sekitar sini," ujar Syahrul sembari sesekali menepuk-nepuk luka di tengkuknya.