Ragam Contoh

Siapa Sebenarnya yang Lebih Emosional, Pria atau Wanita? Fakta Ilmiah Ini Menjawabnya

Menurut Dr. McKinley, pandangan bahwa perempuan lebih emosional sebenarnya tidak memiliki dasar ilmiah sama sekali

YouTube Life Biography Plus
EMOSIONAL- Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan tingkat emosional antara laki-laki dan perempuan sebenarnya hanyalah mitos sosial yang diwariskan dari budaya patriarki.  

Ringkasan Berita:
  1. Menurut Dr. McKinley, pandangan bahwa perempuan lebih emosional sebenarnya tidak memiliki dasar ilmiah sama sekali. 
  2. Padahal, kemampuan untuk merasakan dan mengekspresikan emosi adalah tanda kesehatan mental dan kecerdasan emosional, bukan kelemahan.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID-  Selama ini, banyak perempuan yang kerap menerima komentar seperti, “kamu terlalu sensitif,” atau “baper banget sih.” 

Ungkapan semacam itu seolah menjadi pembenaran sosial bahwa perempuan dianggap terlalu emosional. 

Ironisnya, ketika laki-laki menunjukkan reaksi yang sama menunjukkan rasa marah, kecewa, atau tersentuh masyarakat justru melihatnya sebagai bentuk ketegasan, keberanian, bahkan kedewasaan berpikir.

Fenomena ini memperlihatkan betapa kuatnya akar stereotip gender yang menempatkan perempuan sebagai sosok penuh perasaan dan sulit dikendalikan, sedangkan laki-laki digambarkan lebih rasional, logis, dan stabil. 

Padahal, pandangan ini bukan hanya keliru, tetapi juga berbahaya. Ia memengaruhi banyak aspek kehidupan mulai dari cara perempuan dinilai di tempat kerja, bagaimana mereka diperlakukan dalam hubungan personal, hingga bagaimana suara mereka didengar di ruang publik.

Fakta Ilmiah: Emosi Bukan Soal Jenis Kelamin

Mengutip laman Verywell Mind, sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports tahun 2021 menantang pandangan lama tersebut. 

Dalam studi yang melibatkan 142 partisipan pria dan perempuan, para peneliti memantau fluktuasi emosi mereka selama periode tertentu. Hasilnya mengejutkan: emosi laki-laki ternyata berubah seintens perempuan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan tingkat emosional antara laki-laki dan perempuan sebenarnya hanyalah mitos sosial yang diwariskan dari budaya patriarki. 

Artinya, bukan jenis kelamin yang menentukan seberapa emosional seseorang, melainkan cara masyarakat menilai dan memberi label terhadap ekspresi emosi itu sendiri.

Trik Rahasia Baca Chat WhatsApp yang Terhapus, Ternyata Bisa Dilihat

Suara Ahli: Patriarki Bentuk Persepsi Salah tentang Emosi

“Patriarki telah lama menggambarkan laki-laki sebagai makhluk rasional dan perempuan sebagai makhluk emosional. Akibatnya, sifat-sifat yang dikaitkan dengan perempuan seperti empati, kepekaan, dan ekspresivitas sering kali dianggap lemah atau tidak bernilai,” jelas Dr. Catherine McKinley, profesor dari Tulane University School of Social Work.

Menurut Dr. McKinley, pandangan bahwa perempuan lebih emosional sebenarnya tidak memiliki dasar ilmiah sama sekali. 

“Setiap manusia memiliki emosi baik pria maupun wanita. Bedanya, tidak semua orang menyadari atau mengekspresikannya dengan cara yang sama,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa selama masyarakat masih mengaitkan emosi dengan sisi feminin, maka ekspresi perasaan dari laki-laki akan terus dianggap sebagai tanda kelemahan, sedangkan emosi perempuan akan dilabeli berlebihan. 

Padahal, kemampuan untuk merasakan dan mengekspresikan emosi adalah tanda kesehatan mental dan kecerdasan emosional, bukan kelemahan.

Dampak Nyata dari Stereotip Ini

Labelisasi emosi bukan sekadar omongan kosong, tentunya akan membawa dampak nyata. Menurut Liz Coleclough, PhD, LICSW, pakar terapi trauma, pandangan bahwa perempuan lebih emosional membatasi kebebasan dan kesempatan mereka.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved