Berita Viral
Diusir Mertua Joko Jalan Kaki Bawa Jasad Bayi: Kisah Pilu Tunawisma 2025
Kisah pilu Joko yang jalan kaki membawa jasad bayinya di Palembang 2025 membuka mata soal hidup tunawisma. Klik untuk baca kisah dan pelajarannya.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kisah memilukan seorang ayah bernama Joko (40) viral setelah dirinya terpaksa jalan kaki membawa jasad bayinya yang baru berusia 20 hari.
Bayi perempuan itu meninggal akibat sesak napas, sementara Joko dan istrinya, Noviyanti (29), tak mampu membiayai pemakaman.
Peristiwa ini tak hanya mengetuk hati publik, tapi juga membuka mata tentang realitas kehidupan tunawisma di Indonesia yang masih sering luput dari perhatian.
Tragedi itu terjadi setelah pasangan ini diusir dari rumah mertua.
Tanpa rumah, tanpa pekerjaan tetap, dan tanpa biaya, Joko hanya bisa berkeliling sambil menggendong jenazah anaknya.
Video yang memperlihatkan momen pilu tersebut tersebar luas di media sosial, menimbulkan rasa iba sekaligus pertanyaan: bagaimana nasib orang-orang miskin kota yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan ekstrem?
Di balik derai air mata Joko, ada pesan besar yang bisa dipetik pentingnya perhatian terhadap keluarga rentan, edukasi tentang hak-hak sosial, dan peran masyarakat dalam membantu sesama yang sedang terjatuh.
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Hidup Tunawisma: Dari Kuli Bangunan ke Jalanan
Tunawisma bukan hanya istilah untuk orang yang tak punya rumah.
Mereka adalah kelompok rentan yang kehilangan akses dasar sandang, pangan, papan, dan kesehatan. Joko adalah satu potret nyata.
Dulu, ia bekerja sebagai kuli bangunan.
Namun, sejak tiga bulan terakhir, pekerjaan itu hilang.
Kondisi makin sulit karena istrinya hamil besar.
Untuk bertahan hidup, Joko terpaksa meminta belas kasihan di jalan.
"Dulu saya kerja kuli bangunan, semenjak tiga bulan ini sudah tidak kerja lagi makanya sekarang cuma minta-minta di jalan. Nyari-nyari biaya sendiri untuk istri," ujarnya lirih.
Hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari emperan toko hingga kolong jembatan, menjadi keseharian mereka.
Ketika bayi yang baru lahir itu meninggal, harapan yang tipis seolah runtuh seketika.
Kehilangan Kedua: Luka yang Belum Sembuh
Bagi sebagian orang, kehilangan anak adalah trauma terdalam yang butuh waktu panjang untuk pulih.
Namun, bagi Joko, luka itu bukan yang pertama.
"Ini anak yang kedua. Yang pertama juga meninggal pas usianya masih kecil, waktu itu saya masih kerja," kata pria asal Blitar itu.
Pernyataan singkat itu menggambarkan penderitaan berlapis.
Menikah tiga tahun lalu, ia sudah dua kali kehilangan buah hati.
Kehidupan rumah tangganya kini tak hanya diguncang oleh kemiskinan, tapi juga oleh rasa kehilangan yang tiada tara.
Ditolak Rumah Sakit, Diusir Mertua
Kisah makin pilu saat Joko menceritakan bagaimana rumah sakit tidak bisa membantu pemakaman anaknya.
"Waktu di rumah sakit kami minta bantu dimakamkan anak saya. Tapi pihak rumah sakit tidak mau, dengan alasan kami masih ada keluarga. 'Kok kayak gini hidup,' kata saya," kenangnya.
Rumah sakit memang menyediakan ambulans untuk mengantar ke rumah mertua di kawasan 10 Ilir. Namun, sesampainya di sana, Joko justru ditolak.
"Pas tiba di rumah mertua, mereka kayak gak terima. Kami diusir sampai dibilang bawa mayat," ujarnya dengan suara bergetar.
Bayangkan betapa pedihnya perasaan seorang ayah yang sudah kehilangan anak, tapi masih harus menelan penolakan keluarga sendiri.
Pertolongan dari Polisi: Lilin di Tengah Gelap
Di tengah kebingungan, Joko bertemu Aipda Alimin, anggota Polsek Kertapati.
Polisi itu menemukan pasangan tunawisma ini kebingungan di depan Masjid Agung SMB Jayo Wikramo.
Dengan sigap, Aipda Alimin membawa mereka ke SPKT Polda Sumsel. Di sana, para anggota piket menunjukkan empati.
Jenazah bayi akhirnya dimakamkan di TPU Kamboja, difasilitasi oleh AKP Sutioso, KA siaga regu 2 SPKT Polda Sumsel.
Tindakan kecil penuh kemanusiaan ini menjadi bukti bahwa kepedulian bisa datang dari mana saja.
Menggali Pelajaran: Mengapa Tunawisma Harus Diperhatikan?
Kisah Joko bukan sekadar cerita sedih.
Ada banyak pelajaran penting yang bisa dipetik, terutama dalam konteks sosial dan edukasi masyarakat.
1. Akses Kesehatan dan Sosial yang Terbatas
Tunawisma seringkali tidak memiliki identitas resmi atau jaminan sosial.
Tanpa KTP atau BPJS, mereka sulit mendapatkan layanan kesehatan yang layak.
Kasus Joko menunjukkan betapa rentannya kelompok ini ketika berhadapan dengan situasi darurat.
2. Pentingnya Jaring Pengaman Sosial
Program bantuan pemerintah sering kali tidak menjangkau kelompok tunawisma.
Padahal, mereka termasuk yang paling membutuhkan.
Edukasi mengenai hak-hak dasar warga negara perlu disebarluaskan agar tidak ada lagi keluarga yang merasa ditelantarkan.
3. Peran Masyarakat dalam Solidaritas
Tidak semua masalah sosial bisa diselesaikan pemerintah.
Dukungan masyarakat, mulai dari komunitas, lembaga sosial, hingga individu, sangat berpengaruh.
Apa yang dilakukan Aipda Alimin menjadi contoh nyata kepedulian di tengah keterbatasan sistem.
Jalan Panjang Keluar dari Lingkaran Kemiskinan
Cerita Joko hanyalah satu dari ribuan kisah tunawisma di Indonesia.
Mereka yang kehilangan pekerjaan, terjebak dalam konflik keluarga, atau tak punya pendidikan yang cukup, sering kali berakhir hidup di jalan.
Solusi untuk masalah ini tidak bisa instan.
Dibutuhkan kerja sama lintas sektor: pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Edukasi keterampilan kerja, shelter sementara, hingga akses kesehatan adalah langkah-langkah yang bisa membuka jalan keluar.
Harapan di Tengah Duka
Meski penuh penderitaan, Joko tetap berusaha tegar.
Ia masih percaya ada jalan keluar untuk dirinya dan istri.
Raut wajahnya memang lesu, tapi setiap kata yang ia ucapkan penuh harap.
Harapan agar hidupnya tak lagi hanya bergantung pada belas kasihan orang lain.
Harapan agar tak ada lagi ayah yang harus menggendong jasad anaknya karena tak punya biaya pemakaman.
Kisah ini bukan sekadar berita viral, melainkan cermin dari realitas sosial kita.
Saatnya berhenti menutup mata, dan mulai membuka hati untuk peduli.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Diusir Mertua, Joko Jalan Kaki Bawa Jasad Bayinya yang Meninggal, Tak Punya Biaya Pemakaman
* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
Joko jalan kaki bawa jasad bayi
kisah tunawisma di Palembang
tunawisma diusir mertua
bayi meninggal 20 hari Palembang
viral jasad bayi dibawa ayah
kemiskinan ekstrem di Indonesia
kisah human interest viral 2025
bantuan sosial untuk tunawisma
realitas hidup di jalanan
tragedi keluarga miskin kota
Ammar Zoni Kini Diancam Penjara Seumur Hidup Usai Terlibat Peredaran Narkoba di Rutan Salemba |
![]() |
---|
Resmi Dihapus Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan Berlaku November 2025 Lengkap Alasan Pemerintah dan DPR |
![]() |
---|
CEK Selisih Harga BBM Besok 13 Oktober 2025 di SPBU Seluruh Indonesia, Beda Pertamina dan Swasta |
![]() |
---|
BESOK Senin 13 Oktober 2025, Jadwal Resmi Pencairan Tunjangan Profesi Guru Triwulan ke-4 |
![]() |
---|
Apa Itu IGRS yang Resmi Diumumkan Komdigi? Aturan Baru Sistem Rating Game Mandiri Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.