SOSOK Idham Chalid, Ketua DPR Termiskin yang Hidup Sederhana Tolak Fasilitas Negara untuk Keluarga

Ia adalah KH. Idham Chalid, tokoh Nahdlatul Ulama, ulama kharismatik, sekaligus negarawan yang hidupnya bisa menjadi cermin

Editor: Dhita Mutiasari
Kolase / Wikipedie
KETUA DPR - Sosok KH Idham Chalid yang diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp 5 Ribu Rupiah. KH. Idham Chalid, tokoh Nahdlatul Ulama, ulama kharismatik, sekaligus negarawan yang hidupnya bisa menjadi cermin untuk generasi sekarang. 

Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Kesejahteraan Rakyat, Menteri Sosial Ad Interim, serta Koordinator Menteri Kesejahteraan Rakyat selama era Orde Lama dan awal Orde Baru.

Ia juga memegang posisi strategis sebagai Ketua DPR dan Ketua MPR RI selama periode 1971–1977, serta kemudian menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sejak 1978 hingga 1983.

Di ranah ormas, beliau adalah Ketua Umum Tanfidziyah Nahdlatul Ulama (NU) yang menjabat paling lama, yakni dari 1956 hingga 1984.

2. Teladan Kesederhanaan dan Integritas

Idham Chalid dikenal luas sebagai "Ketua DPR Termiskin" bukan karena kekurangan materi, melainkan karena penolakannya terhadap fasilitas negara bagi keluarganya.

Ia melarang keluarganya menggunakan mobil dinas atau fasilitas lain dan menekankan agar anak-anak hidup mandiri.

Bahkan, disebut bahwa keluarganya tetap naik metromini dan ada anak-anaknya yang berjualan nasi di pinggir jalan.

Setelah pensiun, beliau memilih kembali ke dunia pendidikan dan pengabdian: memimpin pondok pesantren di Cipete Selatan, mengelola rumah yatim di Cisarua, dan mengajar murid-murid di rumahnya dengan tekun.

3. Diabadikan sebagai Pahlawan Nasional

Atas jasa dan dedikasinya kepada bangsa, Idham Chalid dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Tahun 2011

Wajahnya pun diabadikan pada pecahan uang kertas Rp 5.000, simbol penghormatan atas warisan integritas dan pengabdiannya.

Begitu kuat pengaruhnya dalam dunia politik dan keulamaan di Indonesia membuat pemerintah Indonesia menobatkannya sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2011 lalu, berdasarkan SK Keppres Nomor 113/TK/Tahun 2011 tanggal 7 November 2011.

Sosok kelahiran Satui, Kalimantan Selatan, pada 27 Agustus 1921 ini jadi putera Banjar yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional setelah Hasan Basry dan Pangeran Antasari.

Perjalanan hidup Idham Chalid 

Jejak Masa Kecil 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved