Perusahaan bus InterCity, yang mengoperasikan bus tersebut, mengonfirmasi bahwa insiden itu melibatkan salah satu armadanya.
Dalam pernyataan resminya, perusahaan menjelaskan bahwa anak-anak di bawah usia tiga tahun memang tidak dikenakan tarif dan diperbolehkan naik secara gratis selama berada di pangkuan orang dewasa.
Namun, tidak ada ketentuan yang memperbolehkan atau bahkan membayangkan seorang anak bepergian di dalam koper.
“Ini adalah pelanggaran berat terhadap keamanan dan kemanusiaan,” ujar seorang juru bicara InterCity yang tidak disebutkan namanya.
Pihak perusahaan menyatakan telah menyerahkan seluruh informasi dan rekaman kamera keamanan kepada pihak berwenang untuk membantu proses penyelidikan.
Bagaimana Kondisi Balita Saat Ini?
Penanganan dan Perawatan Medis
Setelah ditemukan, anak perempuan itu segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
Ia menerima perawatan medis pada Minggu malam waktu setempat.
Meski tidak terluka secara fisik, petugas medis dan pekerja sosial akan terus memantau kondisi fisik dan psikologisnya dalam beberapa hari ke depan.
Kesejahteraan jangka panjang anak ini kini menjadi prioritas utama pemerintah daerah dan lembaga perlindungan anak.
Apa Pelajaran yang Bisa Diambil dari Kasus Ini?
Ancaman Penelantaran Anak dalam Wajah yang Tak Terduga
Kasus ini memperlihatkan betapa masih banyak situasi ekstrem yang dihadapi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di negara yang sistem keamanannya terbilang baik seperti Selandia Baru.
Tindakan memasukkan anak ke dalam koper bukan hanya bentuk penganiayaan, tetapi juga mencerminkan adanya tekanan psikologis, ekonomi, atau ketidaktahuan yang ekstrem.