Berita Viral

Sarang Tawon Radioaktif di Kompleks Nuklir AS, Saat Serangga Ungkap Warisan Berbahaya dari Masa Lalu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SARANG TAWON - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Kompas TV, Sabtu 2 Agustus 2025, memperlihatkan sarang tawon berbahaya. Penemuan sarang tawon dengan tingkat radiasi 10 kali di atas ambang batas di South Carolina, Amerika Serikat, membuka kembali kekhawatiran tentang warisan berbahaya dari era nuklir Perang Dingin.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Penemuan sarang tawon dengan tingkat radiasi 10 kali di atas ambang batas di South Carolina, Amerika Serikat, membuka kembali kekhawatiran tentang warisan berbahaya dari era nuklir Perang Dingin. 

Sarang tersebut ditemukan pada 3 Juli 2025 di Savannah River Site (SRS), kompleks bekas produksi senjata nuklir yang kini difungsikan untuk penanganan limbah radioaktif.

Meski tidak ditemukan tawon hidup, kandungan radiasi yang tinggi pada sarang menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pemerhati lingkungan. 

Para peneliti menduga, kontaminasi berasal dari sisa aktivitas nuklir di masa lalu, bukan dari kebocoran baru. 

"Saya sangat marah karena SRS tidak menjelaskan dari mana asal limbah radioaktif itu," ujar Tom Clements dari Savannah River Site Watch. 

Pemerintah menyatakan tidak ada dampak terhadap manusia maupun lingkungan, tetapi belum sepenuhnya menjelaskan sumber kontaminasi secara terbuka. 

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa jejak nuklir masa lalu bisa muncul dalam bentuk tak terduga, bahkan lewat rumah kecil seekor serangga.

Dari Mainan Jadi Senjata, Pistol Mesin Capit yang Mengancam Keselamatan Anak-anak di Jepang

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Apa Itu Savannah River Site dan Mengapa Berisiko?

Bagaimana sejarah SRS membentuk ancaman lingkungan saat ini?

Savannah River Site (SRS) dulunya adalah salah satu pilar penting dalam produksi senjata nuklir Amerika Serikat pada masa Perang Dingin. 

Kompleks ini mulai beroperasi sejak 1950-an, menghasilkan plutonium untuk bom nuklir. 

Kini, kawasan seluas 500 kilometer persegi itu telah beralih fungsi menjadi fasilitas penanganan limbah dan material nuklir.

Seiring waktu, lebih dari 625 juta liter limbah nuklir cair telah dihasilkan. 

Saat ini, masih ada 43 tangki bawah tanah aktif menyimpan limbah tersebut, sementara delapan lainnya telah dinonaktifkan.

Halaman
1234

Berita Terkini