TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Peristiwa meninggalnya Rio Fanderi (24) mahasiswa IAIN Pontianak masih penuh tanda tanya.
Sejumlah pertanyaan belum terungkap perihal penyebab tewasnya mahasiswa yang baru saja menyelesaikan sidang skripsi dan dinyatakan lulus tersebut.
Autopsi telah dilakukan dan semua pihak khususnya keluarga menunggu hasilnya.
Pasalnya pihak keluarga menemukan banyak kejanggalan terhadap penyebab meninggalnya Rio yang dikenal sebagai pemuda yang baik dan ramah baik dilingkungan kampus maupun di lingkungan masyarakat di kampungnya.
Kasus ini juga tengah ditangani oleh pihak kepolisian serta telah dilangsungkan autopsi untuk mengetahui penyebab meninggalnya Rio Fanderi.
Baca juga: JERITAN Ayah Rafa Singkawang! Ingin Main Hakim Sendiri Saat Saksikan Rekonstruksi Pembunuhan Anaknya
Sekretaris PKBH IAIN Pontianak, Vinna Lusiana, menjelaskan bahwa polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Memeriksa saksi, mengamankan CCTV, dan menyita ponsel milik almarhum.
Namun, menurutnya, tidak ada saksi yang melihat langsung saat kejadian.
“Orangtua merasa ini ada kejanggalan karena keterangan dari rumah sakit dan memang saat kejadian, Rio sedang sendirian di ruangan,” ujar Vinna.
Pihak PKBH masih menunggu hasil autopsi dan pemeriksaan digital dari ponsel korban.
Vinna menyebut ada data dan percakapan yang hilang dan menjadi bagian dari penyelidikan yang sedang berjalan.
Ia menambahkan, pihak kampus telah sejak awal mendampingi keluarga korban, termasuk mengurus surat kuasa untuk memastikan pendampingan hukum berjalan maksimal.
Baca juga: REKONSTRUKSI Kasus Pembunuhan Rafa Fauzan Bocah di Singkawang Dihujani Emosi Warga
Rio Fanderi, meninggal dunia pada Kamis, 17 Juli 2025 pukul 14.25 WIB di RS Universitas Tanjungpura (Untan) setelah lima hari menjalani perawatan intensif akibat cedera parah di bagian kepala.
Keluarga korban menduga kematiannya tidak wajar dan telah melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.
Ketua Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum (PKBH) IAIN Pontianak, Qomaruzzaman, mengungkapkan bahwa Rio mengalami insiden pada Sabtu, 12 Juli 2025 dini hari di lingkungan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kampus.
Rio ditemukan dalam kondisi mimisan oleh temannya yang mendengar suara keras dari dalam ruangan.
“Sekira jam 11 malam dia tidur, kemudian jam 1 malam ada suara seperti barang ambruk. Temannya yang ada di luar masuk dan ternyata Rio sudah mimisan, darahnya di lap,” kata Qomaruzzaman, Senin 21 Juli 2025.
Setelah kondisinya memburuk dan tak sadarkan diri, Rio sempat dibawa ke klinik lalu dirujuk ke RS Untan dan langsung menjalani operasi.
Meski telah mendapat perawatan intensif di ICU, nyawanya tidak tertolong.
Menurut Qomaruzzaman, pihak medis menyebut cedera kepala yang dialami Rio merupakan salah satu yang paling parah yang pernah mereka tangani.
Autopsi telah dilakukan di RS Bhayangkara atas permintaan keluarga.
Kronologi Singkat:
1. Teman-temannya mendengar suara benturan keras sekitar pukul 01.00 dini hari, dan menemukan Rio tergeletak dengan darah di lantai sekretariat Mapala kampus Sabtu, 12 Juli 2025.
2. Rio dilarikan ke RS Universitas Tanjungpura (RS Untan) setelah mengalami kondisi kritis usai diduga mengalami benturan keras.
3. Ia dirawat selama lima hari intensif, tapi dinyatakan meninggal pada Kamis, 17 Juli 2025 pukul 14.25 WIB
4. Pemeriksaan medis mengungkap adanya retak di bagian belakang tengkorak dekat telinga, memperkuat dugaan cedera akibat benturan serius bukan hanya kecelakaan ringan.
5. Keluarga menilai banyak kejanggalan dan telah melaporkan kasus ini ke kepolisian, sambil menunggu hasil otopsi
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!