Penyakit jantung masih menjadi penyumbang pembiayaan tertinggi dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), selain kanker dan penyakit kronis lainnya.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Pontianak, dr. Evi Retno Nurlianti mengungkapkan bahwa kasus penyakit jantung banyak dijumpai tidak hanya di Pontianak, tetapi juga di berbagai kota lainnya di Indonesia.
Sebelumnya BPJS Kesehatan merilis data yang menunjukkan bahwa pembiayaan untuk layanan penyakit jantung sepanjang tahun 2024 menembus angka Rp 19,25 triliun secara nasional dengan 22,5 juta kasus yang dilayani BPJS Kesehatan. Angka ini menjadikan penyakit jantung sebagai penyakit katastropik dengan beban biaya termahal yang ditanggung BPJS Kesehatan.
“Penyakit jantung ini cukup besar dari sisi pembiayaan. Karena itu, menjadi perhatian kami bagaimana masyarakat bisa terhindar dari penyakit ini,” ujar dr. Evi, Rabu 23 Juli 2025.
BPJS Kesehatan, lanjutnya, tidak hanya berfokus pada pengobatan, tetapi juga pada upaya promotif dan preventif. Salah satunya melalui skrining riwayat kesehatan yang kini dapat diakses secara mudah lewat aplikasi Mobile JKN. Jadi cukup dari rumah tanpa perlu datang ke fasilitas kesehatan (faskes).
“Skrining ini sangat penting. Masyarakat tinggal menjawab sejumlah pertanyaan yang sudah disediakan. Pertanyaannya menyasar risiko penyakit kronis seperti jantung, diabetes melitus, tuberkulosis, dan kanker,” jelasnya.
Dari hasil skrining, peserta akan mendapatkan penilaian risiko ringan, sedang, atau berat. Jika hasilnya menunjukkan risiko tinggi terhadap penyakit jantung, masyarakat diimbau segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan tindak lanjut, termasuk skrining sekunder dan pengobatan yang diperlukan.
BPJS Kesehatan juga menjalankan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dan Program Rujuk Balik guna memastikan peserta yang terdiagnosis tetap mendapatkan pemantauan kesehatan secara berkala dan terstruktur.
“Dengan deteksi dini dan manajemen penyakit yang baik melalui Prolanis dan Rujuk Balik, kami berharap masyarakat tidak sampai mengalami komplikasi berat yang tentu akan membebani secara fisik, mental, dan finansial,” tutup Evi.