Di Usia Nyaris Seabad, Terbantu Pasang Alat Pacu Jantung Gratis Berkat Program JKN

Penulis: Nina Soraya
Editor: Nina Soraya
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SKRINING KESEHATAN - Peserta BPJS Kesehatan membuka aplikasi JKN Mobile untuk mencoba fitur Skrining Riwayat Kesehatan, Rabu 23 Juli 2025. Penyakit jantung masih menjadi penyumbang pembiayaan tertinggi dalam sistem JKN, BPJS Kesehatan mengajak masyarakat untuk rutin melakukan Skrining Riwayat Kesehatan agar masyarakat tidak sampai mengalami komplikasi penyakit yang lebih berat.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Di ruang tunggu rumah sakit yang siang itu tampak lenggang, waktu seolah kehilangan pijakan. Detik-detiknya tak lagi berlari, tapi merayap, pelan, menyiksa. Erwani duduk di kursi tunggu dengan menggenggam erat tasbih, dan tak berhenti melafalkan kalimat-kalimat tasbih.

Mata Erwani berkaca-kaca saat menceritakan bagaimana sang ibu, Zahara yang di usia 97 tahun mesti menjalani operasi pemasangan alat pacu jantung yang dilakukan di RSUD dr Soedarso Pontianak, Kalimantan Barat pada 16 Januari 2025 silam.

Ingatan pun mengalir, lirih. Wajah yang sering ia lihat dalam tawa sempat tergolek dalam ketidakpastian. Sebelumnya, Nenek Zahara didiagnosa memiliki denyut jantung lambat atau istilah medisnya Bradikardia.

Penyakit ini memang paling banyak terjadi pada lansia. Jika pada orang normal denyut jantung adalah 60-100 kali per menit, Nenak Zahara hanya sekitar 30 kali per menit. Dirinya pun kerap mengalami penurunan kesehatan serta kejang.

Alhasil pada awal Januari 2025, ibunya dilarikan ke RS karena kondisi Kesehatan yang terus menurun. Risiko terburuk yang menghantui pasien adalah kematian jantung mendadak sehingga opsi yang diberikan oleh dokter adalah dengan memasang pacemaker atau alat pacu jantung permanen.

Cara Operasi Katarak Gratis Lewat BPJS Kesehatan, Prosedur Terbaru 2025

Erwani mengaku sempat berdiskusi lama dengan dokter spesialis di rumah sakit tersebut tentang peluang operasi kepada seseorang yang usianya nyaris seabad. Setelah mendapatkan penjelasan lengkap dan mengisi semua dokumen sebelum tindakan, Nenek Zahara menjalani operasi pemasangan pacemaker yang ditanamkan di bawah kulit dada dan terhubung ke jantung melalui kabel kecil.

Butuh waktu kurang lebih dua jam tindakan pemasangan permanent pacemaker. Bahkan dokter di sana mengakui, Nenek Zahara merupakan pasien tindakan operasi jantung paling tua yang pernah ia tangani.

“Operasi berjalan baik. Ibu butuh waktu pemulihan, tapi alat pacu jantung sudah bekerja seperti seharusnya,” kenang Erwani menirukan ucapan dokter kepada dirinya.

Tindakan operasi berhasil dilakukan tanpa kendala apapun. Pasca operasi, denyut jantungnya sudah bisa di atas angka 60 kali per menit. 

Bukan hanya perkara tindakan pemasangan alat pacu jantung, yang membuat Erwani bimbang. Ia pun telah membayangkan berapa banyak nominal rupiah yang harus dikeluarkan demi memperpanjang detak jantung sang ibu. Jumlahnya fantastis, puluhan juta rupiah.

Namun, tidak ada uang yang pihak keluarga keluarkan semuanya karena BPJS Kesehatan.  Nenek Zahara sendiri sudah sejak 2022 terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Hanya dengan membayar iuran sebesar Rp 35 ribu per bulan secara tertib, dirinya bisa merasakan manfaat nyata dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS Kesehatan.

“Kami sangat kaget. Nenek bisa menjalani operasi secara gratis berkat BPJS Kesehatan, semua biaya ditanggung penuh bahkan tidak ada pembayaran tambahan kepada rumah sakit,” tutur Erwani anak pertama dari Zahara.

Bahasan Dukung Edukasi JKN Lewat Komunitas, BPJS Kesehatan Apresiasi Kota Pontianak

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengamanatkan bahwa setiap Warga Negara Indonesia (WNI) wajib mengikuti program BPJS Kesehatan.

Program ini menyediakan akses kesehatan yang lebih luas dan terjangkau, tanpa memandang status sosial atau ekonomi dan untuk semua usia termasuk lansia.

Nenek Zahara dengan dibantu anaknya mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan lewat aplikasi Mobile JKN pada awal tahun 2022 lalu. Tak butuh waktu lama dan tidak ribet, dirinya berhasil tercatat sebagai peserta untuk kelas 3.

Pembayaran iuran BPJS Kesehatan hanya Rp 35 ribu per bulan. Agar tidak ribet, pihak keluarga memilih pembayaran secara autodebet dari rekening bank yang didaftarkan.

“Lewat BPJS Kesehatan ini lebih dari sekadar jaminan sosial. Ini adalah perpanjangan harapan,  jembatan hidup yang tak mampu kami bangun sendiri,” ungkap Erwani.

Kehebatan PANDAWA

Erwani melanjutkan kembali ceritanya. Sang ibu yang kerap ia panggil Nenek Zahara meninggal dunia pada Maret 2025 karena memiliki riwayat sakit lainnya.

Mengingat Nenek Zahara yang masih aktif sebagai peserta BPJS Kesehatan, pihak keluarga pun melakukan prosedur penon-aktifan kepesertaan. Cara yang ditempuh semuanya via online tanpa harus mendatangi Kantor BPJS Kesehatan setempat. Solusinya adalah Layanan PANDAWA yang dimiliki BPJS Kesehatan.

Terlebih dahulu pihak keluarga mengurus Akta Kematian di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Kalimantan Barat. Setelah akta kematian terbit, pihak keluarga segera memohon penon-aktifan kepesertaan lewat layanan PANDAWA di no WA 0811-8165165. Hanya dalam waktu 24 jam, lewat bantuan Layanan PANDAWA, pihak keluarga berhasil menonaktifkan kepesertaan Nenek Zahara. 

Capaian Nyata BPJS Kesehatan, Bukti Pemerataan Layanan Program JKN Hingga ke Pedalaman

Lonjakan Kasus Penyakit Jantung 

Dinas Kesehatan Kota Pontianak mencatat lonjakan kasus penyakit jantung sepanjang semester pertama tahun 2025. Data menunjukkan, total ribuan warga terdiagnosis berbagai jenis penyakit jantung, dengan kasus terbanyak berasal dari penyakit jantung iskemik kronis, penyakit jantung akibat hipertensi, serta gagal jantung.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, dr. Saptiko, M.Med, PH, penyakit jantung merupakan ancaman serius yang tidak hanya menyerang usia lanjut, namun juga mulai ditemukan pada usia produktif.

“Kami terus memantau perkembangan dan meningkatkan layanan serta edukasi untuk menekan angka kasus,” ujarnya pada Senin, 21 Juli 2025.

Dinas Kesehatan Kota  Pontianak mencatat sepanjang Januari hingga Juni 2025 untuk Penyakit Jantung Iskemik Kronis ditemukan sebanyak 1.716 kasus. Berikutnya Penyakit jantung hipertensi ditemukan sebanyak 1.826 kasus.

Selanjutnya untuk gagal jantung sebanyak 1.827 kasus. Komplikasi dan deskripsi penyakit jantung yang tidak jelas sebanyak 215 kasus. Dan Kardiomiopati, yang merupakan penyakit otot jantung sebanyak 25 kasus.

Saptiko menegaskan pentingnya pencegahan melalui perilaku hidup sehat. “Kami mengajak masyarakat untuk rutin periksa kesehatan, jaga pola makan, aktif berolahraga, dan kelola stres. Dengan langkah sederhana, kita bisa mencegah penyakit jantung sejak dini,” tegasnya.

Dinas Kesehatan juga telah memperkuat sistem layanan kesehatan melalui penyediaan fasilitas pemeriksaan jantung di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak, serta memperluas program deteksi dini di tingkat Puskesmas.

Deteksi Dini dengan Skrining Kesehatan 

Penyakit jantung masih menjadi penyumbang pembiayaan tertinggi dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), selain kanker dan penyakit kronis lainnya.

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Pontianak, dr. Evi Retno Nurlianti mengungkapkan bahwa kasus penyakit jantung banyak dijumpai tidak hanya di Pontianak, tetapi juga di berbagai kota lainnya di Indonesia.

Sebelumnya BPJS Kesehatan merilis data yang menunjukkan bahwa pembiayaan untuk layanan penyakit jantung sepanjang tahun 2024 menembus angka Rp 19,25 triliun secara nasional dengan 22,5 juta kasus yang dilayani BPJS Kesehatan. Angka ini menjadikan penyakit jantung sebagai penyakit katastropik dengan beban biaya termahal yang ditanggung BPJS Kesehatan.

“Penyakit jantung ini cukup besar dari sisi pembiayaan. Karena itu, menjadi perhatian kami bagaimana masyarakat bisa terhindar dari penyakit ini,” ujar dr. Evi, Rabu 23 Juli 2025.

BPJS Kesehatan, lanjutnya, tidak hanya berfokus pada pengobatan, tetapi juga pada upaya promotif dan preventif. Salah satunya melalui skrining riwayat kesehatan yang kini dapat diakses secara mudah lewat aplikasi Mobile JKN. Jadi cukup dari rumah tanpa perlu datang ke fasilitas kesehatan (faskes).

“Skrining ini sangat penting. Masyarakat tinggal menjawab sejumlah pertanyaan yang sudah disediakan. Pertanyaannya menyasar risiko penyakit kronis seperti jantung, diabetes melitus, tuberkulosis, dan kanker,” jelasnya.

Dari hasil skrining, peserta akan mendapatkan penilaian risiko  ringan, sedang, atau berat. Jika hasilnya menunjukkan risiko tinggi terhadap penyakit jantung, masyarakat diimbau segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan tindak lanjut, termasuk skrining sekunder dan pengobatan yang diperlukan.

BPJS Kesehatan juga menjalankan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dan Program Rujuk Balik guna memastikan peserta yang terdiagnosis tetap mendapatkan pemantauan kesehatan secara berkala dan terstruktur.

“Dengan deteksi dini dan manajemen penyakit yang baik melalui Prolanis dan Rujuk Balik, kami berharap masyarakat tidak sampai mengalami komplikasi berat yang tentu akan membebani secara fisik, mental, dan finansial,” tutup Evi. 

 

Berita Terkini