TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Di sebuah rumah sederhana di Dusun Parit Lintang, Desa Serumpun, Munziri duduk termenung. Matanya kosong, suaranya pelan.
Ia masih mengingat jelas malam itu, malam ketika pintu rumahnya diketuk dan anaknya, Wardi (26), pulang dalam kondisi setengah sadar, tubuhnya penuh luka, kepalanya retak.
Selasa 8 Juli 2025, Desa Seburing menggelar hiburan musik. Wardi, yang awalnya hanya bersantai di teras rumah bersama teman-temannya, diam-diam pergi ke acara tersebut.
Tak ada pamit, tak ada firasat buruk. Namun malam itu, ia menjadi korban pengeroyokan brutal oleh sekelompok orang. Nyawa pun jadi taruhan.
Informasi terbaru kasus ini menjadi satu dari enam berita yang menyita perhatian pembaca Tribunpontianak.co.id sepanjang sepekan terakhir.
Berikut 6 berita yang menjadi sorotan beberapa hari ini;
1). CERITA Malam Kelam Sebelum Wardi Tewas Dikeroyok di Seburing Sambas, Sempat Bersantai di Teras
KASUS PENGEROYOKAN WARDI - Kolase rekonstruksi kasus pengeroyokan Wardi yang digelar di Mapolres Sambas pada Rabu 23 Juli 2025 pagi (kanan) | Munziri, ayah kandung korban Wardi, di rumahnya Dusun Parit Lintang, Desa Serumpun, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas, Jumat 25 Juli 2025. Munziri menceritakan malam sebelum kejadian Wardi dikeroyok.(TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Kolase Imam Maksum)
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Fakta baru terungkap di kasus pengeroyokan terhadap Wardi (26) di Desa Seburing, Kecamatan Semparuk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Sebelumnya, Wardi dikeroyok sejumlah orang pada Selasa 8 Juli 2025 dini hari.
Ia lalu dinyatakan meninggal dunia pada Kamis 10 Juli.
Apa yang sebenarnya terjadi di malam sebelum kejadian?
Malam Sebelum Kejadian
2). CERITA Warga Antibar Mempawah Kehilangan Rumah dalam Sekejap Karena Erosi, Ambruk hingga Hanyut