“Mereka bekerja paripurna untuk menangani pasien stroke,” ujarnya.
Ia menjelaskan, stroke adalah gangguan pembuluh darah di otak yang muncul secara cepat, menyebabkan defisit neurologis yang bisa menetap, bahkan berujung pada kecacatan atau kematian.
“Stroke terbagi dua, yakni stroke sumbatan dan stroke perdarahan. Sekitar 85 persen kasus adalah stroke sumbatan,” katanya.
Dyan juga mengingatkan masyarakat untuk mengenali gejala stroke sejak dini. Kemenkes telah menyosialisasikan slogan “Segera Ke RS” sebagai panduan. Se, senyum miring secara tiba-tiba. Ge, gerak separuh tubuh melemah. Ra, bicara pelo atau tidak jelas. Ke, kebas di sebagian tubuh, R, rabun mendadak, dan S, sakit kepala hebat secara tiba-tiba.
Penanganan stroke, kata dia, harus menyasar faktor risiko, agar dampak lanjutan bisa dicegah sejak awal.
“Kalau ada gejala itu, segera ke IGD RSUD Soedarso. Kami siap menangani. Penanganan terdiri dari pemberian obat, tindakan medis, rehabilitasi, konseling, dan pendampingan gizi,” pungkasnya.
Layanan stroke di RSUD de Soedarso saat ini telah bisa melakukan berbagai tindakan. Diantaranya tindakan Trans Cranial Color Doppler (TCCD) menggunakan alat USG dopler tipe totus, tindakan Digital Subtraction Angiography (DSA), adalah prosedur medis yang menggunakan cathlab untuk membantu dalam mendiagnosis dan mengobati masalah pada pembuluh darah, seperti penyumbatan, aneurisma, atau kelainan pembuluh darah lainnya. (*)