Berita Viral

Tari Perpisahan Siswi SD di Lebak Tuai Sorotan, Antara Ekspresi Anak dan Batasan Budaya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PERTUNJUKKAN TARI - Foto ilustrasi hasil olah Warta Kota, Senin 30 Juni 2025, sebuah video perpisahan siswi SD Negeri 1 Calungbungur, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, mendadak viral setelah diunggah di media sosial. Penampilan yang awalnya ditujukan sebagai bentuk kebahagiaan itu justru memicu kontroversi karena dianggap tak sesuai dengan nilai budaya lokal.

Ia menyebut bahwa latihan tari dilakukan secara mandiri oleh para siswi di luar jam sekolah, tanpa campur tangan langsung dari pihak guru atau sekolah.

“Kegiatan hiburan anak di luar kegiatan inti,” ujar Edi saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Senin, 30 Mei 2025.

Pihak sekolah, menurut Edi, hanya memfasilitasi panggung dan ruang pertunjukan sebagai bagian dari acara pelepasan siswa yang telah menjadi tradisi tahunan.

Mengapa Video Ini Menuai Kritik?

Meskipun dimaksudkan sebagai ekspresi kegembiraan anak-anak, video tersebut justru memancing kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk pejabat pemerintah daerah. 

Wakil Bupati Lebak, Amir Hamzah, menyayangkan penampilan yang dianggap tidak mencerminkan budaya lokal.

“Salah didik orangtua, dan pihak sekolah harusnya mengontrol. Sebelum pentas, harusnya diteliti dulu sesuai tidak dengan budaya kita,” tegas Amir di Pendopo Kabupaten Lebak, Senin (30/5/2025).

Amir menilai bahwa budaya lokal Lebak, yang dikenal menjunjung tinggi kesopanan dan kearifan tradisional, tidak tercermin dalam penampilan para siswi tersebut. 

Ia berharap ke depan, sekolah lebih selektif dalam menyusun acara yang melibatkan anak-anak, agar nilai-nilai lokal tetap terjaga.

Apa Reaksi Warganet dan Masyarakat?

Di media sosial, respons warganet pun terbagi dua. 

Sebagian besar mengecam pihak sekolah dan orang tua, menilai bahwa penampilan siswi tersebut terlalu dewasa dan tidak sesuai dengan usia mereka. 

Namun, ada pula yang menyuarakan pembelaan, menyebut bahwa anak-anak hanya menari dengan semangat tanpa maksud negatif, dan bahwa reaksi publik seharusnya lebih proporsional.

Kritik yang mengalir di kolom komentar mengindikasikan bahwa publik memiliki ekspektasi tinggi terhadap peran sekolah dan keluarga dalam membentuk karakter anak sejak dini. 

Muncul pula diskusi lebih luas tentang batasan ekspresi anak dalam ruang publik serta urgensi pendidikan budaya di sekolah dasar.

Luka di Balik Kitab, Bagaimana Guru Ngaji di Tebet Dituding Nodai 10 Santriwati?

Halaman
123

Berita Terkini