Dilansir dari Bloomberg, saat ini identitas digital WorldID belum diketahui skenario penggunaannya.
Akan tetapi, menurut para pendiri TFH, di masa depan, identitas ini akan berguna ketika bot kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) merajalela dan membuat orang sulit membedakan mana manusia asli dan bukan. Identitas WorldID ini diklaim akan sangat andal untuk memverifikasi keaslian manusia dibanding tools yang ada saat ini.
Pratama mengatakan, TFH harus memperjelas kegunaan data biometrik ini kepada masyarakat.
"Mereka akan menggunakan (untuk) apa data kita, itu belum jelas, itu yang harus diperjelas. Enggak ada "makan siang gratis" di internet. Enggak ada orang kasih duit cuma-cuma tanpa mengharapkan apa pun dari kita," jelas Pratama.
Pratama juga mengatakan, TFH harus terbuka apakah mereka sudah melakukan verifikasi, yakni memastikan apakah alat yang digunakan tepercaya dan berpotensi mencuri data biometrik atau tidak.
Ia juga mengatakan bahwa pemerintah harus memastikan apakah sistem yang dilakukan TFH dalam memindai dan menyimpan data masyarakat sudah tepat atau belum.
"Kita enggak mau data masyarakat dimanfaatkan untuk hal yang tidak benar," kata Pratama.
Ia juga mendorong Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk memperjelas fenomena yang terjadi, termasuk dampak bagi masyarakat yang telanjur memindai iris mata untuk Worldcoin.
"Untuk Komdigi, ini harus diperjelas apa yang terjadi, bagaimana dampaknya bagi masyarakat yang telanjur scan biometric. Kalau sudah telanjur, bagaimana kompensasinya, dll," imbuhnya.
Data kredensial Worldcoin muncul di pasar gelap China Masalah keamanan proyek Worldcoin itu menjadi sorotan sejak peluncurannya tahun 2023. Salah satunya kabar bahwa data kredensial Worldcoin dilaporkan diperjualbelikan di pasar gelap di China.
Worldcoin dan WorldApp memang belum dirilis resmi di China.
Namun, dilansir dari Coindesk, banyak orang di sana mencari kredensial Worldcoin di pasar gelap.
Beberapa penjual disebut menawarkan KYC (Know-Your Customer), yakni data pribadi yang digunakan melakukan verifikasi layanan WorldID dan WorldApp.
Kredensial tersebut kebanyakan berasal dari negara-negara berkembang, seperti Kamboja dan Kenya, di mana TFH sudah "memanen" data biometrik dari negara-negara tersebut.
Bermasalah di Spanyol