Ramadhan Kareem

Asal Usul Solat Tarawih 23 Rakaat Termasuk Witir Dilaksanakan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

Penulis: Nasaruddin
Editor: Nasaruddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muslimah Palestina melaksanakan solat Tarawih di depan Kubah Batu, kompleks Masjid Al-Aqsha di kota tua Yerusalem, Palestina, saat puasa Ramadhan pada 31 Juli 2012. Solat Tarawih adalah satu di antara amalan utama di bulan suci Ramadan.

Suratnya tetap sama jumlahnya. Misal 30 juz juga tapi kuat berdiri.

Maka umar mendalami hadits yang di Muslim nomor hadits 749.

"Yang saat Nabi SAW menyampaikan solatul laily matsna matsna. Solat malam minimal dua-dua. Tidak ada batas tapi kalau fajar mau datang segera witir satu rakaat," jelas Ustadz Adi Hidayat.

Maka Umar menempuh cara, misal kalau 5 juz 4 halaman, dibaca dalam satu rakaat, orang kecapean berdiri, maka dibagi dua menjadi dua rakaat.

Dari situlah kemudian jumlah rakaat ditambah menjadi 20, tapi bacaannya tetap sama.

"Itu ijtihadnya Umar bin Khattab," kata UAH.

Jadilah kemudian dari situ 20 rakaat plus witir kadang 1 kadang 3.

Sampai sekarang itu diabadikan di Makkah dengan 23 rakaat.

"Karena khalifah yang minta, semua sahabat ikut. Tapi tidak menafikan yang 11 itu karena nanti ada yang kembali juga ke 11," jelasnya.

Karena itu, kalau ada orang yang menunaikan 20 rakaat, sebetulnya misi pertamanya bukan untuk memperbanyak jumlah rakaat.

"Awalnya supaya kuat berdiri dengan jumlah bacaan yang sama dengan yang dibaca Nabi SAW," kata UAH.

"Jadi kalau nabi baca 30 juz, misalnya, 20 rakaatpun 30 juz juga. Cuma supaya berdiri nggak kelamaan dibagi dua," jelasnya.

"Yang di Madinah, lama juga berdirinya. Imam Malik mengusulkan tambah lagi 36. Masya Allah ada yang kurang juga, 40," jelas UAH.

Jadi inilah asalnya di zaman umar mengapa 11 bisa menjadi 20 dan seterusnya.

Sementara di Madinah sekarang 36.

"Kita mempertahankan yang 11 karena itu bagian dari sifat solat Nabi. Jadi jumlah rakaat tidak ada persoalan di sini," jelasnya.

"Yang 11, yang 20, yang 36 bahkan 40 silakan. Tapi poin utamanya, tunaikan dengan tarawih," pesannya.

"Jadi aneh kalau yang 11 rakaat selesainya jam setengah sembilan, yang 20 rakaat jam 8 sudah selesai. Itu aneh namanya," ungkap UAH.

Berita Terkini