Sampah di Pontianak Capai 400 Ton Perhari, 30 Persen Sampah Plastik

Penulis: Muhammad Rokib
Editor: Try Juliansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kreasi Sungai Putat (KSP), Organisasi Masyarakat (Ormas) Oi Kalimantan Barat, dan warga setempat mengibarkan bendera di atas puncak gunungan sampah di TPA Batu Layang Pontianak

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menyebutkan, bahwa jumlah sampah di kota Pontianak setiap harinya mencapai 300 sampai 400 ton. Dari jumlah tersebut 30 persen merupakan sampah plastik.

Dan memang dikatakannya tidak terurai kelihatan plastik resek. Namun untuk botol bekas minuman termasuk tutopnya itu diambil oleh pemulung dan dijual seharga Rp800- Rp1200 perkilogram.

"Kalau organik mulai terurai termasuk yang ada di dasar parit dan sungai. Kadang ada yang timbul dan banyak juga yang tenggelam. Nah ini yang harus dibijaki bagaimana kita bisa memilah sampah ini antara yang organik dan non organik.
Pemerintah Kota Pontianak juga berupaya mengurangi sampah sebanyak 30 persen di 2022," ungkap Edi.

Tidak hanya itu, pihaknya juga berupaya bekerja sama menjadikan plastik menjadi biji plastik.

Baca juga: Sanksi Denda Bagi Pelaku yang Buang Sampah Sembarangan

"Semoga bisa terwujud dan terus mengajak, mengedukasi, meliterasi masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik. Bukan menghilangkan, tapi mengurangi. Bagaimana plastik tidak tercampur dengan sampah lainnya," jelas Edi.

Terkhusus generasi muda saat ini, baik mahasiswa yang disampaikan kepada mahasiswa Untan dan lainnya agar bisa mengedukasi kepada masyarakat secara luas.

"Mengedukasi dan bergerak bersama-sama karena Pemerintah tidak bisa mengatasi sendiri dan kita menerima aspirasi," jelasnya.

Edi Rusdi Kamtono terinsipirasi dengan adanya film yang berjudul Pulau Plastik yang sudah tayang pada 3 Juni 2021 kemarin yang diselenggarakan oleh Balai Wilayah Sungai Kalimantan I di XXI Megamall Ayani Pontianak secara terbatas

Meski pada kesempatan itu dilaksanakan secara terbatas, namun ia menyampaikan, bahwa film Pulau Plastik tersebut mampu mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi persoalan plastik yang ada di kota Pontianak.

"Kita terinspirasi dari film itu dengan kondisi alam kita dengan pencemaran plastik ini yang menjadi mikroplastik. Sudah kita lihat filmnya dari awal hingga akhir memang sepatutnya kita sudah mulai cerdas untuk menyikapi penggunaan plastik sekali pakai dan tentu hal ini tidak bisa kita lakukan dalam waktu singkat. 

Lebih lanjut dijelaskannya, bahwa pihaknya akan mendiskusikan secara inten terkait hal itu.

"Tentu ini tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Tapi dalam waktu terus menerus dan harus masif ke seluruh masyarakat, terutama komunitas-komunitas peduli lingkungan agar terus bergerak terutama dalam menyuarakan bagaimana pentingnya menjaga alam, terutama produk-produk yang tidak bisa terurai seperti plastik," ungkapnya.

Maka dari itu, pihaknya kedepan akan melakukan diskusi lebih inten agar regulasinya efektif.

"Kalau regulasinya tidak efektif, jadi terkesan ikut-ikutan. Tapi kita lebih mengutamakan gerakan yang masif untuk mengajak masyarakat agar semakin cerdas bagaimana kita mengelola sampah lebih terpilih dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai," ujarnya.

Baca juga: Selama Ramadan Volume Sampah di Pontianak Meningkat 20 Persen, DLH Pontianak Minta Masyarakat Tertib

Edi menilai, bahwa masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa plastik ini praktis sehingga tidak mengetahui dampak buruknya.

Halaman
12

Berita Terkini