Ini karena aktivitas tersebut berisiko menyebabkan dehidrasi dan kadar gula darah rendah.
Aktivitas fisik akan dialihkan dengan melakukan gerakan peregangan sederhana.
4. Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin
Penting untuk rutin periksa ke dokter di sepanjang bulan Ramadan untuk mengetahui perkembangan kondisi Anda, terutama untuk cek tekanan darah dan ritme atau irama jantung.
Dengan begitu, dokter bisa mengawasi kesehatan Anda dan Anda bisa menjalankan puasa dengan aman.
Manfaat Puasa Bagi Penderita Penyakit Jantung
Puasa Ramadan dapat menyebabkan perubahan drastis dalam hal gaya hidup selama 1 bulan dan dapat memengaruhi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
Fakor risiko yang paling banyak dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner dan stroke adalah kadar lemak dalam darah, faktor koagulasi dan pembekuan darah, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan merokok.
Kadar lemak darah dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan jenis makanan, konsumsi gula olahan, dan aktivitas fisik.
Puasa di bulan Ramadan dapat memengaruhi berbagai faktor risiko.
1. Kadar Lemak Darah
Lemak merupakan salah satu faktor utama penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah.
Lemak dapat menyusup ke dalam lapisan pembuluh darah yang rusak dan menyebabkan aterosklerosis, yaitu penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah.
Terdapat perubahan dari profil lemak dan perbandingan lemak baik dan lemak jahat selama puasa di bulan ramadan.
Kadar kolesterol darah menurun dari 193,4±51 mg/dl menjadi 184,3±42 mg/dl setelah Ramadan, begitu pula dengan kadar trigliserida yang menurun dari 4.5±1 mg/dl menjadi 3,9±1 mg/dl dan lemak jahat, yaitu LDL.
Selain, itu didapatkan pula peningkatan dari lemak baik yaitu HDL setelah puasa Ramadan.
2. Tekanan Darah Tinggi
Pada orang dengan tekanan darah tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dalam memompa darah dibanding dengan orang normal.
Hal ini bisa menyebabkan jantung kelelahan, dan dapat terjadi pembesaran dan penebalan otot jantung, hingga gagal jantung.
Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan pembuluh darah otak pecah sehingga terjadi stroke hemoragik.
Selama bulan Ramadan, terdapat penurunan tekanan darah pada orang yang berpuasa, yaitu penurunan tekanan darah sistolik dari 132.9±16 mmHg menjadi 129.9±17 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik, tidak terdapat penurunan berarti.
3. Insulin dan Homosistein
Perubahan pola makan menjadi dua kali sehari selama bulan Ramadan dapat memperbaiki kondisi resistensi insulin pada pengidap diabetes.
Homosistein merupakan salah satu asam amino yang terdapat dalam tubuh, dan peningkatan homosistein darah merupakan salah satu faktor risiko seseorang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah.
Walaupun tidak signifikan, terdapat penurunan kadar homosistein darah saat seseorang berpuasa.
Baca juga: TIPS Puasa Ramadhan untuk Penderita Diabetes, Supaya Tetap Berpuasa dengan Aman
4. Parameter Antropometri
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko bagi banyak penyakit metabolik.
Penurunan berat badan dan indeks massa tubuh bisa ditemukan dan bisa tidak ditemukan pada orang yang berpuasa.
Hal ini bisa disebabkan oleh asupan kalori yang tidak menurun secara signifikan selama puasa.
Puasa Ramadan aman untuk dilakukan orang dengan penyakit jantung.
Asalkan penyakit yang diidapnya terkontrol dan tidak dalam kondisi akut.
Makan secukupnya saja dan tidak melakukan “balas dendam” saat berbuka akan membantu meringankan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Puasa Ramadan juga dapat menurunkan risiko serangan penyakit jantung selama 10 tahun seterusnya.
Dapat disimpulkan bahwa puasa memberikan efek positif terhadap kesehatan jantung. (*)