Sejarah Kembang Api, Awalnya Tak Digunakan di Malam Tahun Baru: Ada Peran Marco Polo dan Tiongkok

Editor: Nasaruddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga menyaksikan letusan kembang api tepat Pukul 00.00 WIB pada malam perayaan Tahun Baru 2018 di Taman Digulis, Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Senin (1/1/2018).

Tunas bambu yang berisi bubuk mesiu mentah ini kemudian akan dilemparkan ke dalam api yang nantinya akan menghasilkan ledakan kencang.

Kembang api pun kemudian mengalami berbagai perubahan pada pembungkusnya.

Kalau awalnya bubuk mesiu dibungkus dengan tunas bambu, maka kembang api kemudian berkembang menjadi dibungkus menggunakan tabung dari kertas.

Bukan hanya mengalami evolusi pada pembungkusnya, bentuk kembang api juga mulai mengalami perubahan.

Kembang api mulai punya sumbu yang terbuat dari tisu sehingga untuk menyalakannya, kembang api tidak perlu dilempar ke dalam api.

Cukup dengan membakar sumbu kembang api, maka kembang api akan meledak saat sumbunya habis.

Kembang Api Awalnya Bukan Digunakan untuk Perayaan

Saat ini, kembang api banyak dinyalakan sebagai simbol perayaan beberapa acara.

Salah satu acara yang menggunakan kembang api untuk menambah kemeriahan adalah saat malam tahun baru.

Namun, sebenarnya pada saat diciptakan pertama kali, tujuan kembang api bukan untuk digunakan dalam perayaan.

Awalnya, kembang api diciptakan oleh masyarakat Tiongkok untuk memperoleh kehidupan abadi.

Ternyata, orang-orang Tiongkok pada zaman dahulu percaya kalau suara ledakan dari kembang api bisa mengusir roh jahat.

Kalau tidak ada roh jahat di sekeliling mereka, maka warga Tiongkok akan hidup dengan damai dan berumur lebih panjang.

Kembang Api Mulai Menyebar ke Eropa

Setelah tahun 1295, kembang api mulai menyebar ke Eropa, setelah Marco Polo membawanya dari Tiongkok.

Halaman
123

Berita Terkini