Sementara itu Mgr Agustinus Agus menuturkan, pendidikan merupakan salah satu sarana supaya manusia itu lebih baik. Dirinya juga berkeinginan dan bercita-cita membuat Universitas Katolik.
"Inikan mempersiapkan mendidik orang menjadi manusia yang utuh, memperhatikan sesamanya, ini merupakan tugas mulia," ucapnya.
Oleh karena itu, dimana gereja bisa punya peranan maka gereja mengambil bagian dan itu jelas sekali. "Pertama kali misi gereja katolik ke Kalbar mereka buka sekolah, bukan ngajar agama dulu. Pertama buka sekolah, kedua buat rumah sakit, dan ketiga ekonomi melalui kebun karet," ungkapnya.
Disampaikan Mgr Agustinus, dirinya selalu mengatakan, dulu peranan kita hanya dari TK sampai SMA. Sekarang seharusnya peranan gereja katolik juga mendirikan program tinggi.
"Lalu banyak pertanyaan, kan banyak kampus katolik, ada Widya Darma, ada Tongak Equator, Poltek, itu kan kelompok-kelompok yang ada dalam gereja. Bukan gereja sebagai Keuskupan, bukan gereja sebagai umat Allah. Itu gereja sebagai ordo, sebagai kelompok imam, beda nuansanya," jelasnya.
Lanjutnya lagi, "Tapi kalau milik Keuskupan ini, gereja secara bersama-sama menyumbang untuk pendidikan ini. Jadi ada sedikit berbeda, tapi sejak lahirnya gereja di dunia ini selalu memperhatikan pendidikan. Karena tidak ada satu bangsa pun yang bisa berkembang tanpa melalui pendidikan," urainya.
Maka kata Mgr Agustinus, inilah yang mendorong dirinya. Karena sekarang ini orang hanya berpikir isi perut. "Pribahasa kuno kan kasilah kail, bukan kasi ikan. Pribahasa ini harus terus kita kaji, dan kita mencoba," sebutnya.
Sekarang sudah dapat ikan, kailnya tidak hanya SMA, kalinya tidak hanya S1, mungkin S2, bahkan S3. "Karena kalau kailnya hanya S1, orang sudah S2 atau S3. Kalau gereja bisa ambil peran, ini suatu tugas yang mulia," jelasnya lagi.
Mgr Agustinus pun memastikan, gereja katolik tidak pernah membangun karya-karya ini hanya untuk seorang katolik sendiri. "Tapi akan selalu untuk kepentingan umum," pungkasnya.
Pelopor berdirinya STKIP Pamane Talino Dr Drs Adrianus Asia Sidot menerangkan, latar belakang didirikan STKIP Paman Talino saat itu karena di Kabupaten Landak dibidang pendidikan merupakan sebuah masalah besar.
Dimana tingkat pendidikan, kualitas pendidikan di Kabupaten Landak pada tahun 2010 masih jauh dari yang diharapkan. Kemudian juga berlatar belakang kekurangan guru.
Di sekolah-sekolah terutama di pedalaman dam terpencil, satu sekolah hanya ada 1 guru Negeri. Sehingga bagaimana kita bicara kualitas pendidikan, kualitas urusan kalau satu sekolah satu guru.
"Itulah sebenarnya yang melatarbelakangi pemikiran saya untuk mengirimkan mahasiswa dan membeasiswa ke pulau-pulau Jawa saat itu," cerita Adrianus yang saat itu menjabat Bupati Landak.
Disampaikannya lagi, kemudian tidak mungkin seluruh maayarakat Landak diberikan beasiswa. Sehingga harus ada jalan keluar, yaitu dengan adanya lembaga pendidikan dan tenaga-tenaga pendidikan.
"Nah itulah latar belakang berdirinya STKIP Pamane Talino ini. Memang melihat kenyataan kekurangan guru, kualitas pendidikan yang rendah. Pikiran saya, dengan adanya lembaga pendidikan tenaga-tenaga pendidikan, dari jumlah guru-guru lambat laun dapat terpenuhi," bebernya.
Kemudian penyelenggaraan perkuliahan bisa meningkat dari tahun ke tahun. "Tujuan yang lebih luas lagi, dimana kampus ini berdiri diharapkan menjadi "centre of exellence" bagi daerah ini. Serta menjadi suatu pendorong, kemudian pemicu pertumbuhan kemajuan daerah khususnya Landak," tutupnya.
Yuk follow instagram Tribun Pontianak