Citizen Reporter

Mengungkap Fakta Melalui Seni Mencari Jejak di TKP

Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Mirna Tribun
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Crime Scene Investigator (CSI) Indonesian Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polresta Pontianak, Bripka Agung Utomo (kaus hitam) saat menyerahkan buku karyanya yang berjudul Rahasia Kehebatan di Balik Sidik Jari kepada Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol M Husni Ramli.

Mulai dari titik masuk atau keluar, atau titik terjadinya kejahatan yang sebenarnya, termasuk apakah kasus perampokan atau kah penyerangan.

"Petugas TKP (Crime Scene Investigator) mencoba untuk membayangkan dan menganalisa, bagian mana yang menjadi kontak pelaku mulai dari masuk, misalnya dari mana seseorang naik melalui jendela dan menuju ke meja kerja. Atau berdiri di depan laci untuk mengambil sebuah pisau," paparnya.

Untuk mengungkap tanda alas kaki, biasanya kami melakukan pemeriksaan secara dekat dengan cahaya langsung yang kuat.

Atau bahkan menggunakan sinar Ultra Violet (UV) atau laser.

"Bekas yang paling kecil akan terlihat, ketika di sinari dan bisa dibandingkan. Petugas TKP (Crime Scene Investigator) memiliki teknik khusus bagaimana memperjelas jejak yang kurang jelas. Seperti debu, lumpur, pasir, darah dan lemak, dengan serbuk atau perlakuan kimia," urainya.

Biasanya di tempat kejadian, bekas jejak itu sendiri dapat di foto atau diangkat menggunakan daya tarik elektrostatik, pita perekat atau gel.

Tapi jika dimungkinkan, bekas dimana tanda tersebut ditemukan, harus dibuat serta harus dianalisis kembali ke laboratorium CSI.

"Tentu jejak sepatu membawa bekas seperti tanah kering, vegetasi dan serbuk kering seperti darah atau serat dari karpet.

Semua ini dapat digunakan untuk menghubungkan sepatu dan peristiwa kejahatan.

Dan dari sepatu dapat memberitahu siapa pelakunya, dengan cara swabbing di bagian dalam sepatu untuk DNA," jelasnya.

Salah satu tempat kejadian lain, juga dapat menjadi hal penting untuk melakukan penilaian suatu peristiwa kejahatan.

Dengan melacak tanda atau pola di sekitar tempat kejadian.

Penentuan yang pertama yaitu dapat memperjelas siapa, melakukan apa, kepada siapa.

"Pelaku kejahatan sering membuang pakaian yang mereka gunakan ketika terkontaminasi dengan darah, tetapi mereka jauh lebih enggan untuk menyingkirkan sepatunya. Seperti dapat di lihat dari foto yang menunjukkan setitik darah kecil, yang tanpa terasa dibawa tersangka yang bisa menghubungkannya dengan perbuatan dan terhadap korban," ungkap Bripka Agung.

Lanjutnya, alas kaki masih dianggap merupakan bukti, seperti pendapat A Conan Doyle yang menulis tentang Sherlock Holmes pada saat melakukan investigasi sekitar 120 tahun yang lalu, dalam bukunya A Study in Scarlet terbitan tahun 1887.

"There is no branch of detective science, says Holmes, That is so important and so much neglected as the art of tracing footsteps. Yang kalau kita artikan 'Tidak ada cabang ilmu detektif' kata Holmes, yang sangat penting dan begitu banyak diabaikan adalah seni mencari jejak," sambungnya.

Berita Terkini